Berkaitan dengan hal ini, peneliti senior Prof Qianben Wang menilai terapi dengan partikel nano ini akan lebih baik bila bisa dihadirkan dalam bentuk inhaler. Inhaler ini bisa membantu menyalurkan partikel nano ke dalam paru-paru untuk menekan enzim cathepsin L.
"Penelitian kami mengindikasikan bahwa teknologi ini memberikan strategi unik untuk mengontrol infeksi virus corona dan seharusnya dikejar sebagai pendekatan yang potensial untuk mengobati Covid-19," ungkap Prof Wang.
Mengacu pada studi, terapi yang menyasar enzim cathepsin L ini tampak tak memberikan dampak jangka panjang bagi tubuh. Sebaliknya, efek pengobatan ini paling lama hanya bertahan selama beberapa hari di dalam tubuh.
Waspadai penularan
Tim peneliti mengungkapkan bahwa orang-orang yang terinfeksi varian Covid-19 cenderung mengalami gejala yang lebih ringan. Hal ini membuat mereka tak sadar bila mengalami kondisi tersebut dan beraktivitas seperti biasa. Akibatnya, Covid-19 bisa menyebar dengan mudah tanpa disadari.
Menurut tim peneliti, orang yang terkena Covid-19 masih bisa menularkan penyakit setelah lima hari. Oleh karena itu, isolasi mandiri masih dianjurkan bagi mereka yang terkena Covid-19.