REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awal 2022 Hootsuit dan We Are Social melaporkan jumlah pengguna internet Indonesia telah mencapai 204,7 orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Masifnya kemajuan teknologi ini mampu memberikan potensi resiko seperti penipuan online seperti Hoax dan Cyber Bullying, oleh karena itu peningkatan penggunaan teknologi harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas literasi digital yang mempuni.
“Pada tahun 2022 ini, akan rutin diberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta masyarakat. Kinerja literasi digital pun mulai menunjukkan peningkatan dari segi kualitas. Peluang kecakapan digital tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal, mengingat kita memiliki potensi sumber daya manusia yang besar”, ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate, dalam sambutan program Makin Cakap Digital, dilansir dari Antara, Kamis (11/7/2022).
Untuk itu, Kemenkominfo bersama siberkreasi telah menyelenggarakan kegiatan webinar yang keenam di bulan Agustus untuk kelompok masyarakat atay komunitas di wilayah Sumatra dengan tema Konsel Bisnis Digital: Sosial Media Branding. Webinar tersebut dihadiri oleh lebih dari 1.300 orang, menghadirkan narasumber Mira Sahid, Wakil Ketua Umum Siberkreasi, Oktora Irahadi, Ketua Divisi Kemitraan Siberkreasi, dan Aji Kresno, Ketua Prodi Manajemen Pemasaran Politeknik APP Jakarta & Praktisi Literasi Digital.
Oktora Irahadi membahas mengenai sosial media branding ditinjau dari perspektif cakap digital. ”Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan jika ingin memiliki branding yang baik di sosial media. Pertama, kita harus konsisten dalam membuat konten secara terus menerus. Kedua, manfaatkan sosial media sebagai tempat bersosialisasi untuk meningkatkan engagement. Ketiga, selalu obyektif terhadap apa yang ingin disampaikan, di mana, dan bagaimana cara menyampaikannya. Terakhir, sabar karena membangun brand tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan tetap berusaha," papar Oktora Irahadi.
Mira Sahid memperkaya pembahasan mengenai mengenai sosial media branding ditinjau dari perspektif etis digital. “Lima hal yang dapat dilakukan agar sosial media branding tetap baik. Pertama, hindari membuat konten yang melanggar kesusilaan. Kedua, jangan menghina atau melakukan pencemaran nama baik. Ketiga, hindari menyebarkan berita hoax. Keempat, jangan menggunakan sosial media sebagai alat untuk mengancam atau memeras orang. Kelima, hindari membuat dan menyebar konten permusuhan dan mengandung SARA”, ujar Mira.
Aji Kresno melengkapi pembahasan mengenai mengenai sosial media branding ditinjau dari perspektif pilar Aman digital. “Keamanan digital tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia. Begitu juga dengan membangun branding di sosial media kita harus berhati hati terhadap keamanan identitas digital, memahami rekam jejak digital serta mewaspadai penipuan digital," papar Aji Kresno