Rabu 27 Jul 2022 17:04 WIB

Daging Nabati Solusi Ampuh Bagi Perubahan Iklim?

Pangsa pasar protein alternatif pada tahun 2030 diprediksi akan mencapai 8 persen.

Daging sapi (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Daging sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut sebuah laporan dari Boston Consulting Group, investasi untuk menggantikan daging hewan dengan daging vegan, dalam jangka pendek lebih berdaya guna dibanding solusi iklim lainnya. 

Hampir dua abad setelah Carl Müller membuka toko daging di kota Rügenwalde di pantai Baltik, cicitnya menjalankan bisnis makanan yang semakin berkembang dengan mempekerjakan 851 orang. Namun, yang membedakan Rügenwalder Mühle dari pembuat sosis di seluruh Jerman adalah sebagian besar penjualannya sekarang berasal dari makanan nabati.

Baca Juga

"Orang-orang tertawa ketika sebuah perusahaan pengolahan daging mulai menjual alternatif vegan pada tahun 2014," kata juru bicara Rügenwalder Mühle, Claudia Hauschild.

"Sekarang, gizi bebas daging bukan lagi target pasar yang spesifik. Ini bagian dari masyarakat arus utama," paparnya.

Perusahaan seperti Rügenwalder Mühle melompat dan mendorong kepopuleran daging sintetis. Hal ini tidak lepas dari kondisi di mana pelanggan menuntut alternatif ramah iklim untuk daging hewan. Produsen mencari cara untuk membuatnya lebih murah dengan rasa yang lebih enak.

Secara global, konsumsi protein alternatif akan meningkat dari kuota sekitar 2 persen saat ini, menjadi 11 persen pada tahun 2035, demikian laporan yang diterbitkan baru-baru ini oleh konsultan manajemen Boston Consulting Group (BCG).

Namun, pergeseran ini terlalu lambat untuk mencegah perubahan iklim yang terjadi memburuk secara drastis. Bahkan jika orang segera berhenti membakar bahan bakar fosil, polusi gas rumah kaca dari produk makanan hasil perternakan, akan menyebabkan temperatur global naik melebihi target 1,5 derajat Celsius.

Hal ini tidak lepas dari konsumsi daging dan industri susu. Sapi dan domba menyemburkan metana, gas pemanas planet yang kuat tetapi berumur pendek. Selain itu, hutan dibabat untuk membuat padang rumput dan menanam kedelai yang tiga perempatnya digunakan untuk pakan ternak.

Ada kebutuhan yang kuat untuk "memoderasi permintaan kita akan daging, susu dan yang terpenting, daging sapi," kata Tim Searchinger, peneliti pertanian di lembaga pemikir lingkungan World Resources Institute.

"Jika semua orang di planet ini makan daging sebanyak rata-rata orang Amerika, kita akan membutuhkan planet lain."

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement