Rabu 27 Jul 2022 10:39 WIB

Kayu Bisa Jadi Bahan Konstruksi yang Lebih Ramah Lingkungan

Karbon pada kayu tetap tersimpan walaupun telah ditebang dan berpindah dari hutan.

Kayu olahan (ilustrasi).
Foto: Antara/Kasriadi
Kayu olahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Organisasi nirlaba global Forest Stewardship Council (FSC) menyatakan bahan kayu jauh lebih ramah lingkungan untuk kebutuhan konstruksi dalam bangunan. Alasannya, karbon pada kayu tetap tersimpan walaupun telah ditebang dan berpindah dari hutan.

FSC Indonesia Country Manager Hartono Prabowo mengatakan krisis iklim membuat banyak pihak mencari alternatif bahan baku yang menghasilkan emisi yang rendah karbon untuk bangunan."Problemnya adalah stigma yang berkembang bahwa kekuatan kayu tidak dapat menyamai kekuatan besi dan beton," katanya. 

Baca Juga

Industrialisasi, kata dia, telah menggeser penggunaan kayu di bidang konstruksi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang menuntut pembangunan yang serba cepat.Tumbuhnya inovasi dan teknologi menghasilkan besi, baja, dan semen, dan beton sebagai bahan baku bangunan. 

Namun, katanya, beton, besi, baja, dan semen sebagai material tak terbarukan diproduksi dengan proses yang menghasilkan emisi tinggi yang berasal dari bahan bakar fosil yang tak terbarukan dan menghasilkan polusi yang membahayakan. Hartono Prabowo merujuk penelitian dalam jurnal Material Science and Engineering pada tahun 2017 yang diterbitkan oleh IOP Publishing, yang menyatakan bahwa kayu digunakan sebagai bahan konstruksi karena ketahanan api, karakteristik struktural yang baik dan sifat insulasi.

Laporan itu menyebutkan munculnya teknologi baru pengolahan kayu dan bahan berbasis kayu telah mengubah kayu menjadi bahan berteknologi tinggi. Alhasil, kayu mulai bersaing dengan baja dan beton, yang pada akhirnya mendorong para arsitek untuk mempertimbangkan menggunakan kayu lebih banyak dalam proyek.

Sementara itu dalam studi Postdam University yang dipublikasikan di jurnal Nature Sustainability edisi 27 Januari 2020 menyebut ada 2 alasan kayu dapat digunakan sebagai bahan baku utama gedung dan rumah.

Pertama, produksi semen menggunakan bahan bakar fosil tak terbarukan, yang menyumbang 8 persen emisi global pada 2018 dari total 11 miliar ton emisi setara CO2. Jumlah ini jauh lebih banyak ketimbang produksi emisi penerbangan yang hanya 2,4 persen.

Kedua, kayu yang menjadi bahan baku bangunan akan menyimpan karbon dari udara. Karena itu, kata dia, industri konstruksi di Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik telah kembali menggunakan kayu, karena pertimbangan ramah lingkungan. Sedangkan di Belanda dan Inggris telah mengizinkan konstruksi gedung memadukan kayu dan beton.

FSC adalah organisasi nirlaba global yang didedikasikan untuk mempromosikan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab di seluruh dunia. Sertifikasi FSC memastikan bahwa hasil hutan dikelola dan dipanen secara bertanggung jawab.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement