Selasa 26 Jul 2022 09:51 WIB

Warganet Diminta Lebih Selektif Memilih Informasi Agar tidak Mudah Kena Phising

'Phising' bisa dimulai ketika korban percaya pada konten palsu dan diperdayai.

Warganet diminta selektif dalam menerima informasi dan tidak mudah menyebarkan sebelum memastikan kebenarannya untuk mencegah kejahatan
Foto: pixabay
Warganet diminta selektif dalam menerima informasi dan tidak mudah menyebarkan sebelum memastikan kebenarannya untuk mencegah kejahatan "phishing".

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer (Aptikom) Kalimantan Timur, Eko Junirianto, meminta warganet selektif dalam menerima informasi dan tidak mudah menyebarkan sebelum memastikan kebenarannya untuk mencegah kejahatan "phishing". Phishing merupakan upaya pelaku kejahatan siber yang berusaha mencuri kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan informasi rahasia lainnya.

Eko, dalam rilis pers yang diterima, Selasa (26/7/2022), mengatakan bahwa kejahatan phishing biasanya dimulai dengan pembuatan konten atau situs palsu yang ditujukan untuk memperdayai korban. Para warganet yang telah tertipu akhirnya memberikan informasi data pribadinya sehingga pelaku dapat membuka akses akun media sosial dan akun rekening bank.

Baca Juga

"Iklan promosi juga bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan phishing, mereka memanfaatkan fitur adsense untuk menjebak korban," ucap Eko.

Eko mengatakan, hal tersebut dalam webinar bertema "Ragam Penipuan di Dunia Online", di Balikpapan, Kalimantan Timur, baru-baru ini, yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Eko mengingatkan agar warganet tidak mudah percaya terhadap iklan-iklan yang beredar di media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen dan Penyuluhan Kurikulum Kewirausahaan Wulan Fitrini mengatakan pelaku kejahatan phishing memanfaatkan kelengahan pengguna untuk memberikan informasi penting mengenai data pribadi seperti nomor KTP, alamat rumah, bahkan data kartu kredit dan nomor rekening.

"Hal tersebut merupakan data yang sangat privasi, tapi karena pelaku kejahatan memanfaatkan sisi psikologis akhirnya membuat korban menginformasikan datanya," kata dia.

Agar tetap aman di dunia maya, Wulan meminta warganet untuk tidak mengunggah data pribadi di internet dan media sosial, serta berhati-hati dengan kiriman pesan yang memuat tautan tidak jelas. Relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Kota Semarang Safira Azmy Rifzikk menuturkan, salah satu kemampuan yang perlu ditingkatkan warganet untuk menghindari ancaman penipuan di dunia maya adalah cakap dalam menggunakan mesin pencarian.

Menurut dia, sejumlah fitur dalam mesin pencari dapat dimanfaatkan untuk menambah literasi, seperti informasi khusus bidang akademik untuk mendukung keahlian digital, penggunaan kata kunci yang efektif, serta menggunakan fasilitas cek fakta sehingga dapat menyeleksi informasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement