Kamis 07 Jul 2022 18:01 WIB

Perubahan Iklim, Spanyol dan Portugal Terancam Alami Kekeringan Terburuk dalam 1.200 Tahun

Kekeringan mengancam produksi anggur dan zaitun di Spayol dan Portugal.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut sebuah penelitian, bagian dari Portugal dan Spanyol mengalami keadaan paling kering dalam seribu tahun. Hal ini karena sistem tekanan tinggi atmosfer yang disebabkan oleh perubahan iklim. Keadaan ini menimbulkan konsekuensi serius untuk produksi anggur dan zaitun.

Pola cuaca dan tren iklim jangka panjang di Eropa barat secara signifikan dipengaruhi oleh Azores High, wilayah bertekanan tinggi yang berputar searah jarum jam melintasi bagian Atlantik Utara.

Baca Juga

Sistem tekanan tinggi Atlantik Utara ini telah berevolusi secara drastis pada  abad yang lalu. Menurut sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, perubahan iklim Atlantik Utara ini tak tertandingi dalam milenium sebelumnya.

Studi ini menemukan bahwa sistem tekanan tinggi ini mulai berkembang untuk mencakup area yang lebih luas sekitar 200 tahun yang lalu. Emisi gas rumah kaca manusia mulai meningkat menggunakan simulasi model iklim selama 1.200 tahun sebelumnya.

Para ilmuwan kemudian menemukan bahwa ketika Azores High tumbuh, musim dingin di Mediterania barat menjadi lebih kering. Mereka memeriksa bukti tingkat curah hujan yang bertahan selama ratusan tahun di stalagmit Portugal.

Menurut perkiraan studi tersebut, jumlah curah hujan dapat menurun 10 hingga 20 persen lagi pada akhir abad ini. Ini menjadikan pertanian di semenangjung Iberia menjadi beberapa yang paling rentan di Eropa. Semenanjung Iberia adalah wilayah yang terdiri dari Spanyol dan Portugal.

Mereka memperingatkan bahwa ketika konsentrasi gas rumah kaca meningkat, Azores High akan terus tumbuh, meningkatkan risiko kekeringan di Semenanjung Iberia dan membahayakan tanaman penting.

"Temuan kami memiliki implikasi penting untuk proyeksi perubahan hidroklimat Mediterania barat sepanjang abad kedua puluh satu," kata para penulis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement