REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satelit Solar Dynamics Observatory (SDO) milik Badan Antariksa Amerika (NASA) menangkap gerhana matahari dari sudut pandang uniknya di luar angkas. Dalam gambar yang dipublikasikan, pada puncak gerhana, bulan menutupi 67 persen matahari, dan pegunungan bulan diterangi oleh api matahari.
Dilansir dari Space, Kamis (30/6/2022) pegunungan bulan dilatarbelakangi oleh matahari selama gerhana matahari, Rabu (29/6/2022) dicitrakan oleh SDO NASA.
SDO biasanya memandang matahari sebagai sumber cuaca antariksa, atau radiasi di luar angkasa yang memengaruhi Bumi. Aspek yang dipelajarinya meliputi medan magnet matahari, bintik matahari, dan aspek lain yang memengaruhi aktivitas selama siklus reguler 11 tahun matahari.
"SDO mempelajari bagaimana aktivitas matahari dibuat dan mendorong cuaca luar angkasa. Pengukuran interior matahari, atmosfer, medan magnet, dan keluaran energi oleh pesawat ruang angkasa bekerja untuk membantu kita memahami bintang yang kita tinggali," tulis NASA dari misi.
SDO diluncurkan pada Februari 2010 dan merupakan bagian dari jaringan pesawat ruang angkasa surya dari NASA dan agen mitranya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Matahari cukup aktif akhir-akhir ini dan luar biasa di awal siklusnya, yang seharusnya mencapai puncaknya sekitar tahun 2025.
Para ilmuwan tertarik untuk mempelajari asal muasal jilatan api matahari dan ejeksi massa koronal (coronal mass ejection atau CME) yang menyertai partikel bermuatan. CME dapat menciptakan aurora berwarna-warni di atmosfer bumi jika CME diarahkan ke planet kita.
Biasanya CME tidak berbahaya, tetapi ledakan yang kuat dapat mengganggu satelit, saluran listrik, dan infrastruktur lainnya, itulah sebabnya para ilmuwan sangat tertarik pada prediksi yang baik.