REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data pemutihan karang yang dikumpulkan oleh para sukarelawan dipuji karena memperkuat temuan ilmiah mengenai kesehatan karang di seluruh dunia. CoralWatch, organisasi nirlaba yang berlokasi di The University of Queensland, merayakan tahun ke-20 dalam menyediakan ilmu pengetahuan warga kelas dunia.
Profesor Justin Marshall, pendiri CoralWatch dan seorang ahli saraf di UQ Queensland Brain Institute mengatakan para sukarelawan telah mampu menjangkau area yang tidak dapat dilakukan para ahli. Sukarelawan membantu mengumpulkan sistem terumbu karang dari Indonesia hingga Meksiko.
“CoralWatch sekarang memiliki lebih dari 8000 anggota di 137 negara, semuanya terlibat dalam pemantauan dan perlindungan terumbu karang,” kata Profesor Marshall.
“Kami telah melakukan hampir 15.000 survei di sekitar 2.100 terumbu karang sejauh ini, dan ketika dunia menjadi fokus pada perubahan iklim dan efek merusaknya terhadap lingkungan kita, minatnya meningkat,” jelasnya.
Untuk mengukur perubahan warna karang yang terkait dengan pemutihan karang, anggota CoralWatch menggunakan bagan pencocokan warna, mirip dengan contoh cat untuk dekorasi rumah.
Profesor Marshall menyatakan bahwa prosedur langsung menghasilkan temuan ilmiah yang dapat diandalkan.
“Sudah termasuk dalam lebih dari 200 publikasi ilmiah dan digunakan oleh badan ilmiah pemerintah seperti AIMS dan CSIRO di Australia, dan di luar negeri,” katanya.
Tujuan program telah berkembang selama bertahun-tahun, menurut manajer CoralWatch Diana Kleine, dari memantau terumbu karang hingga membantu masyarakat memahami apa yang terjadi dan bagaimana memperbaikinya.