Sabtu 11 Jun 2022 03:35 WIB

Pengguna Internet Indonesia Naik dari Tahun ke Tahun

Ada penambahan pengguna internet dan perubahan perilaku berinternet di Indonesia

Layanan internet (ilustrasi).
Foto:

Mobile vs fixed broadband

Dari survei yang dikemukakan APJII, terungkap bahwa sambungan internet melalui data seluler masih menjadi pilihan utama. Terdapat 77,64 persen responden yang menjawab menggunakan internet mobile. Lebih dari separuh responden 83,48 persen, menggunakan kartu prabayar.

Sementara yang menggunakan sambungan internet di rumah, khususnya Wi-Fi, baru 20,61 persen. Responden lainnya menggunakan Wi-Fi yang ada di sekolah (0,61 persen) dan Wi-Fi di ruang publik (0,96 persen).

Penggunaan internet mobile juga terlihat dari gawai yang digunakan, sebanyak 89,03 persen menggunakan ponsel atau tablet, sementara yang menggunakan laptop atau komputer 0,73 persen. Responden yang menggunakan keduanya berjumlah 10,24 persen.

Rata-rata pengguna memilih operator seluler yang memiliki sinyal paling kuat di wilayah tempat tinggalnya (47,15 persen) dan yang memiliki promosi paket internet (29,17 persen). Responden yang menggunakan data internet seluler mengeluarkan uang Rp50.001 sampai Rp100.000 per bulan (46,80 persen) dan Rp10.000 sampai Rp50.000 (38,31 persen). Mereka yang merogoh kantong Rp100.001 sampai Rp250.000 per bulan berjumlah 11,66 persen.

Kebanyakan responden yang berlangganan fixed broadband menjawab supaya semua anggota keluarga bisa mengakses internet. Mereka juga menilai fixed broadband lebih murah dan koneksi lebih stabil. Ketika dihadapkan dengan berbagai penyedia internet, pertimbangan konsumen adalah penyedia yang memiliki sinyal terkuat di tempat tinggalnya dan harga atau promosi menarik.

Sebanyak 60,84 persen responden mengeluarkan biaya Rp100.000 sampai Rp300.000 setiap bulan untuk berlangganan fixed broadband. Selain itu, 33,15 persen mengeluarkan Rp300.001 sampai Rp500.000.

Menjaga keamanan data

Pada survei terbaru ini, APJII juga menyoroti paparan dan perilaku masyarakat menyikapi keamanan siber. Sebanyak 86,97 persen responden mengaku tidak pernah mengalami kasus keamanan siber, sementara yang pernah berjumlah 13,03 persen.

Perihal menjaga keamanan data, responden mengganti kata sandi secara berkala (23,98 persen), menggunakan kombinasi kata sandi yang sulit ditebak (23,29 persen) dan berhati-hati ketika ada aplikasi yang meminta data pribadi (23,78 persen). Selain itu, masih ada responden yang tidak tahu cara menjaga keamanan data (14,87 persen).

Lainnya, mereka hanya menggunakan aplikasi terverifikasi (9,10 persen), memasang antivirus (4,92 persen), menggunakan kunci pola layar (0,04 persen) dan membuat akun baru (0,02 persen), demikian dikutip dari laporan APJII pada Jumat (10/6/2022).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement