Rabu 08 Jun 2022 23:42 WIB

Penerapan Teknologi 5G Private Network Dinilai Beri Perubahan Besar Bagi Sektor Industri

Saat ini penerapan teknologi 5G untuk penggunaan komersil sudah menjadi mainstream.

Direktur Telekomunikasi, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aju Widya Sari dalam webinar 5G Private Network sebagai Game Changer bagi Kota Industri oleh Qualcomm bekerja sama dengan Katadata.
Foto: Dok. Web
Direktur Telekomunikasi, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aju Widya Sari dalam webinar 5G Private Network sebagai Game Changer bagi Kota Industri oleh Qualcomm bekerja sama dengan Katadata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara maju dan negara berkembang telah memasukkan Revolusi Industri 4.0 ke dalam agenda nasional sebagai salah satu cara untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Revolusi Industri 4.0 mencakup beragam pemanfaatan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), wearables, robotika canggih, dan 3D printing.

Bagi Indonesia, gerakan Revolusi Industri 4.0 memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur, sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian visi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030. Optimalisasi Revolusi Industri 4.0 dilakukan melalui peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine, komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi berkelanjutan. Dalam implementasinya ada empat dasar faktor penggerak yakni peningkatan volume data, daya komputasi, konektivitas, dan peningkatan kemampuan analitis dan bisnis intelijen.

Baca Juga

Kehadiran teknologi 5G diperkirakan akan memberikan perubahan besar bagi industri Indonesia di tengah Revolusi Industri 4.0. Terlebih lagi, teknologi dan jaringan telekomunikasi 5G mampu mentransfer data lebih besar, lebih cepat, stabil dan aman, membuka kemungkinan makin banyak perangkat yang terhubung melalui internet dan meningkatkan otomasi industri.

Direktur Telekomunikasi, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aju Widya Sari mengatakan, implementasi 5G tidak hanya sekadar peningkatan kecepatan transfer data dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Namun, jaringan 5G juga membuka kemungkinan banyak layanan, hingga peluang atau use cases baru, baik di segmen konsumen (B2C) maupun segmen enterprise (B2B), sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian nasional.

“Kita perlu tahu bahwa karakteristik dari 5G ini secara teknologi di awal memang banyak mempromosikan mobile broadband. Tapi sebetulnya, tujuan utama tidak ke sana. Tujuan akhir dari 5G adalah network slicing yang mendukung layanan machine-to-machine dan low latency yang bisa dimanfaatkan untuk aplikasi atau layanan lainnya dalam mendukung kegiatan industri,” kata Ayu dalam webinar 5G Private Network sebagai Game Changer bagi Kota Industri oleh Qualcomm bekerja sama dengan Katadata, Selasa (7/6/2022).

Sebagai teknologi andalan untuk mendukung otomasi dalam bisnis komersial yang bisa mentransfer data lebih besar dan lebih cepat ini tentu menjadi tantangan bagi banyak perusahaan, tapi sekaligus juga membuka banyak kesempatan. Di samping itu, tidak mudah untuk mengelola jaringan yang makin kompleks, dimana makin banyak perangkat saling terhubung, menciptakan volume lalu lintas data yang sangat besar dan berjalan begitu cepat, agar bisa terus bekerja optimal dan aman.

Vice President Network Architecture and Design Telkomsel, Marfani Hasan mengakui, ekosistem Indonesia memang belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi 5G. Namun, pihaknya selalu berusaha mengadakan workshop maupun sosialisasi, khususnya kepada kalangan BUMN dan UMKM, terkait manfaat yang bisa mereka dapatkan dari teknologi 5G tersebut.

Marfani mengatakan, dengan edukasi yang benar, penerapan teknologi diharapkan bisa memberi dampak yang signifikan bagi industri, masyarakat, maupun efisiensi perusahaan Telkomsel sendiri. Telkomsel dapat membuka lebih banyak peluang dan kesempatan bagi pelanggan, pelaku industri, hingga lembaga pemerintahan dalam memanfaatkan teknologi jaringan seluler generasi terbaru, yang mampu mendorong lebih banyak inovasi dan dapat mentransformasi kehidupan sehari-hari lebih jauh lagi.

“Kita berusaha untuk tetap mendorong lewat projek-projek katalis 5G, misalnya seperti yang telah kami lakukan bersama Freeport dan salah satu pemimpin industri sistem kontrol di Indonesia. Dan kita juga sudah mulai ada pembicaraan dengan teman-teman di IKN (Ibu kota Negara Nusantara) salah satunya mengenai Auto-Guided Vehicle. Kedepannya, kita akan mengembangkan beberapa hal yang memungkinkan di sana yang sudah tentu membutuhkan jaringan kuat 5G untuk industri,” ujar dia.

Agar lebih optimal, industri bisa memanfaatkan penggunaan teknologi 5G Private Network yang dapat mengatasi permasalahan bandwidth untuk kasus penggunaan latensi rendah yang sangat andal seperti IoT industri dan robotika, dengan kontrol penuh atas data, keamanan, dan jaringan. Tidak seperti jaringan publik, 5G Private Network dirancang dengan tujuan tertentu yang memungkinkan perusahaan memiliki kendali penuh untuk mendorong peningkatan kualitas, produktivitas, otomasi, dan efisiensi di dalam operasional industri karena bisa disesuaikan dengan kebutuhan pabrik.

Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong mengatakan, 5G Private Network merupakan jaringan spesial dengan waktu pemasaran yang jauh lebih hemat biaya, terukur dan lebih cepat, dimana jaringan tersebut akan membantu perusahaan dan semua lini industri untuk menuju transformasi digital. Qualcomm menjalin kolaborasi dengan mitra global, termasuk dengan Microsoft, yang membawa E2E 5G Private Network komersial yang telah terintegrasi dari perangkat yang terhubung di edge ke jaringan Radio Access Network (RAN) dan Core, solusi chip-to-cloud pertama di industri. 

“Saat ini penerapan teknologi 5G untuk penggunaan komersial sudah menjadi mainstream mengingat 5G membawa perubahan yang sangat signifikan. Kalau kita lihat secara global, datanya ada 850 juta orang yang baru pertama kali punya akses ke internet dan ini potensial. Kalau kita bisa menangkap potensi ini, maka akan bisa membawa perubahan yang signifikan sebesar USD 3,3 Triliun menambah GDP global pada 2032,” ujarnya.

Saat ini telah bermunculan kawasan industri yang terintegrasi dengan pusat komersial dan area pemukiman. Menjelma sebagai sebuah kota industri “pintar” karena didukung dengan kecanggihan teknologi seperti IoT untuk mengantisipasi salah satu tren industri global yakni peningkatan otomatisasi dan data exchange dalam proses manufaktur, serta jaringan yang andal. Kota industri ini menyediakan seluruh kebutuhan pelaku industri di suatu kawasan dalam sebuah ekosistem yang terpadu.

Selain pengelolaan kawasan industri, penerapan otomasi dan komputasi cerdas juga dapat dilakukan pada pengelolaan kawasan hunian dan sektor usaha yang melibatkan banyak sumber daya dalam suatu aktivitas. Optimalisasi ekosistem digital menjadi kunci pengembangan Industri 4.0.

"Kunci lainnya adalah kolaborasi, baik pemerintah, operator dan juga dari pemain industri teknologi yang mendukung terealisasinya 5G Private Network. Ini memang jaringan yang sangat spesial, karena tidak bisa mengandalkan arsitektur jaringan tradisional saja. Arsitektur hybrid di jaringan operator dengan slicing adalah satu contoh yang bagus, dan yang paling penting adalah spektrumnya,” kata Shannedy.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement