REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Tesla Elon Musk mengancam akan membatalkan kesepakatan membeli Twitter. Dia mengatakan, Twitter telah melakukan pelanggaran materi.
Dalam sebuah surat yang dikirim ke Twitter, tim hukum Musk mengeklaim Twitter telah gagal memberikan informasi tentang masalah bot spam. Musk mengklaim pihaknya berhak menerima informasi tersebut berdasarkan perjanjian kesepakatan.
“Musk percaya perusahaan secara aktif menolak dan menggagalkan hak informasinya di bawah perjanjian merger,” tulis pengacara.
Dalam surat itu dijelaskan Musk dapat memilih untuk tidak menyelesaikan transaksi karena dugaan pelanggaran perjanjian.
Dalam beberapa pekan, Musk mengeluh tentang masalah bot spam di Twitter. Namun, tindakannya dianggap sebagian warganet untuk melarikan diri dari kesepakatan yang dia tanda tangani hampir sebulan lalu.
Sebelumnya, Musk mengunggah cuitan, kesepakatan itu ditangguhkan karena kekhawatirannya tentang masalah bot spam. Kesepakatan tersebut tidak dapat bergerak maju hingga Twitter memberikan informasi yang diminta Musk.
Namun, baru sekarang Musk membuat ancaman resmi untuk mundur dari akuisisi. Sebagian besar keluhan tadinya dibuat dalam cuitan dan wawancara. Analis Wedbush Securities Daniel Ives mengatakan surat ancaman itu menunjukkan Musk ingin menjauh dari kesepakatan dengan Twitter.
Juru bicara Twitter Brian Poliakoff mengatakan perusahaan telah bekerja sama dengan Musk dan akan terus berbagi informasi. “Kami bermaksud untuk menutup transaksi dan menegakkan perjanjian merger dengan harga dan persyaratan yang disepakati,” tulis Poliakoff dalam sebuah pernyataan, dikutip The Verge, Selasa (7/6/2022).
Twitter memperkirakan, kurang dari lima persen pengguna hariannya adalah akun spam. Bulan lalu, CEO Twitter Parag Agrawal mengatakan perusahaan telah memberi Musk penjelasan tentang bagaimana Twitter menghasilkan perkiraan spamnya.
“Kami membagikan gambaran umum proses estimasi dengan Elon sepekan lalu,” kata Agrawal.