Selasa 07 Jun 2022 00:43 WIB

Kesalahan Hubungan Manusia dan Kecerdasan Buatan Kerap Muncul dalam Film

Banyak interaksi manusia dan AI dalam film yang meleset dari sasaran.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
BlueDot Temukan Penyebaran Wabah Corona Mirip SARS (Foto: ilustrasi kecerdasan buatan)
Foto:

ElliQ yang bertenaga AI dapat menceritakan lelucon, mendorong para manula untuk berolahraga, mengingatkan untuk minum air putih, dan menawarkan percakapan sebagai penangkal kesepian. Terlepas dari keterampilan dan selera humornya, semua pengguna ElliQ mengatakan mereka tahu ElliQ bukan orang nyata. Ikatan yang mereka bentuk berbeda dengan hubungan orang lain di kehidupan mereka.

Selain ElliQ, ada juga manusia robot dan pelatih penjualan AI bernama Jenny. Di perusahaan seperti Zoom, Jenny dianggap sebagai anggota tim. Bahkan, dia diberi profil sendiri. Dia menyediakan percakapan langsung dengan tenaga penjualan untuk membantu meningkatkan kinerja mereka.

Meskipun dia ramah dan mudah didekati seperti anggota tim manusia, studi menunjukkan sumber daya tariknya berasal dari fakta bahwa dia bukan manusia. Oleh karena itu, dia memberikan penilaian tanpa emosi dan mempermalukan rekan latihannya.

Kekuatannya berasal dari fakta bahwa dia bertenaga AI yang menghilangkan rasa malu dan hambatan dari sesi pelatihannya. Komputer hanya dapat menilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Sebagai hasilnya, mereka yang menggunakan layanannya dapat meningkatkan dengan lebih sedikit perasaan negatif.

Manusia harus tahu mereka sedang berbicara dengan AI sejak awal

Dikutip VentureBeat, Senin (6/6/2022), karena AI terus meningkatkan jangkauan emosinya, perusahaan harus ingat bahwa penipuan adalah penghalang nomor satu bagi kesuksesan AI.

Ketika manusia tertipu saat mereka berpikir sedang berbicara dengan manusia padahal sebenarnya AI, itu pada akhirnya akan mengecewakan dan memutuskan ikatan emosional mereka. Namun, ketika manusia tahu dari awal bahwa mereka berbicara dengan robot, mereka secara tidak sadar menyesuaikan komunikasi mereka.

Di masa depan, pengetahuan AI akan membuka saluran yang signifikan untuk penyembuhan emosional, perawatan kesehatan mental, dan pertumbuhan sosial dan profesional. Kisah Joshua Barbeau yang melakukan percakapan dengan tunangannya yang sudah meninggal melalui AI untuk membantu mengatasi kesedihan adalah indikator mencolok dari potensi yang ada ketika AI diterima tanpa penipuan.

AI telah menunjukkan potensi besar sebagai alat di masa depan untuk memerangi krisis kesehatan mental yang berkembang, terutama dalam pencegahan bunuh diri. Sayangnya, sejauh ini teknologinya masih muda dan data pengujian masih langka.

 

Yang jelas tidak ada keraguan ketika berbicara tentang masa depan di mana manusia dan robot berkomunikasi dan membentuk ikatan emosional karena masa depan itu telah tiba. Namun, itu tidak berakhir seperti di karya sastra atau film. Teknologi AI masih sangat baru dan kemampuannya untuk membantu manusia berkembang dan tumbuh sangat menjanjikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement