Jumat 20 May 2022 11:19 WIB

Twitter Beri Label Peringatan ke Konten Sesat tentang Konflik Ukraina

Label peringatan akan mengingatkan pengguna bahwa ciutan itu melanggar aturan Twitter

Logo Twitter. Twitter akan mulai memberikan label peringatan di beberapa konten menyesatkan mengenai konflik di Ukraina dan membatasi penyebaran klaim yang dibantah oleh kelompok kemanusiaan atau sumber kredibel lainnya.
Foto: EPA/Andrew Gombert
Logo Twitter. Twitter akan mulai memberikan label peringatan di beberapa konten menyesatkan mengenai konflik di Ukraina dan membatasi penyebaran klaim yang dibantah oleh kelompok kemanusiaan atau sumber kredibel lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter akan mulai memberikan label peringatan di beberapa konten menyesatkan mengenai konflik di Ukraina dan membatasi penyebaran klaim yang dibantah oleh kelompok kemanusiaan atau sumber kredibel lainnya. Label peringatan itu akan mengingatkan pengguna bahwa cuitan yang bersangkutan telah melanggar aturan Twitter. 

Orang-orang masih dapat melihat dan mengomentari cuitan tersebut, namun fitur retweet akan dinonaktifkan. "Pendekatan itu bisa menjadi cara yang lebih efektif untuk mencegah bahaya, sambil tetap menjaga dan melindungi (kebebasan) berbicara di Twitter," kata kepala keamanan dan integritas Twitter Yoel Roth dikutip dari Reuters pada Jumat (20/5/2022).

Baca Juga

Twitter akan memprioritaskan pemberian label pada cuitan menyesatkan dari akun dengan profil tinggi seperti pengguna terverifikasi atau profil resmi pemerintah.

Diketahui, Twitter memang tengah menerapkan kebijakan baru untuk mengatasi penyebarluasan informasi yang salah, termasuk seputar invasi Rusia ke Ukraina. Twitter mengatakan, pihaknya mendefinisikan krisis sebagai situasi di mana ada ancaman yang dapat berdampak pada kehidupan, keselamatan fisik, kesehatan, atau penghidupan dasar.

Kebijakan itu awalnya akan fokus pada konflik bersenjata internasional. Namun nantinya akan ditujukan untuk peristiwa lain seperti penembakan massal atau bencana alam.

"Garis waktu untuk pekerjaan ini dimulai sebelum perang di Ukraina pecah. Kebutuhan akan kebijakan ini menjadi sangat jelas ketika konflik di Ukraina berlangsung," ujar Roth.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement