REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli paleontologi telah menemukan fragmen kecil dari asteroid yang membunuh dinosaurus saat menabrak bumi 66 juta tahun lalu. Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), penemuan tersebut menakjubkan.
Ilmuwan menemukan fragmen itu di Formasi Hell Creek, North Dakota yang melestarikan sisa-sisa dampak asteroid. Salah satu penulis merupakan pakar Paleontologi di University of Manchester mulai bekerja di situs fosil Tanis, barat daya North Dakota pada tahun 2012. Dia mengatakan dataran berdebu dari situs fosil merupakan kebalikan dari sebelum tumbukan asteroid pada Periode Kapur.
Menurut dia, itu adalah hutan hujan dengan laut pedalaman yang disebut Western Interior Seaway yang membentang dari Teluk Meksiko ke Kanada. Sekarang, itu menjadi wilayah dari fosil yang terkubur setelah dampak asteroid.
Tabrakan asteroid mengakibatkan kawah yang sekarang dikenal sebagai kawah tumbukan Chicxulub dengan lebar sekitar 100 mil dan kedalaman hampir 20 mil. Batuan cair memercik ke udara selama tumbukan dan mendingin menjadi bola spherules.
DePalma bersama rekan-rekannya menemukan fragmen asteroid yang terawetkan dengan baik. Sebagian besar potongan batu mengandung strontium dan kalsium yang menunjukkan bagian dari kerak batu kapur di lokasi tumbukan.
Namun, mereka sedikit berbeda di dalam. Batuan mengandung kadar besi, kromium, dan nikel yang lebih tinggi mengarah ke asteroid dan kondrit karbon. Hal ini mirip dengan penemuan Frank Kyte pada tahun 1998 ketika ia menemukan pecahan meteor dalam sampel inti yang dibor di Hawaii, berjarak lebih dari 5.000 mil dari Chicxulub. Ada juga beberapa gelembung di bola dan para ilmuwan percaya mereka masih menahan udara dari 66 juta tahun yang lalu karena tidak ditemukan retakan.
Catatan fosil dapat memberikan informasi tentang krisis iklim
Selain bola spherules, DePalma dan timnya menemukan beberapa fosil di situs tersebut, seperti anggota badan dinosaurus pemakan tumbuhan yang disebut Thescelosaurus. Anggota badan masih memiliki kulit yang menunjukkan tidak ada waktu membusuk sebelum terkubur dalam sedimen.
Dikutip Science Times, Ahad (15/5/2022), fosil lain yang ditemukan adalah fosil telur pterosaurus yang merupakan bukti bahwa telur reptil itu lunak seperti yang ada sekarang. Mereka juga menemukan fosil kura-kura.
Para peneliti percaya catatan fosil memberikan wawasan tentang bagaimana bahaya skala global memengaruhi kehidupan di bumi dan bagaimana biota bereaksi. Oleh karena itu, fosil memberi manusia bola kristal yang bisa melihat kejadian di masa lalu untuk diterapkan dalam krisis iklim saat ini.