Senin 16 May 2022 00:53 WIB

Begini Cara Ilmuwan Memprediksi Masa Hidup Komet

Ilmuwan John Bortle mengembangkan model yang bisa memprediksi masa hidup komet.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Komet. Ilustrasi.
Foto: Antara
Komet. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah komet periode panjang baru telah ditemukan mendekati tata surya bagian dalam. Para astronom menghitung orbit dan menemukan bahwa komet baru akan lewat dekat dengan matahari kita, dalam orbit Merkurius. 

Semua indikasi menunjukkan komet menjadi lebih terang, setidaknya cukup terang untuk dilihat menggunakan teropong, setelah perihelionnya, atau mendekati matahari. Akan tetapi, apakah komet akan mengelilingi matahari atau komet itu akan hancur? Belum bisa dipastikan.

Baca Juga

Pada Juli 1991, John Bortle seorang astronom amatir dari Amerika Serikat, mengembangkan model yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah sebuah komet akan bertahan melewati perihelionnya atau titik terdekat dengan matahari. 

Model ini dikenal sebagai batas kelangsungan hidup komet Bortle. Metode ini masih merupakan alat yang sangat berharga bagi para peneliti komet dan mereka yang berharap untuk melihat sekilas komet. 

Apa yang dilakukan John Bortle?

Bortle meneliti 85 komet yang ditemukan dari tahun 1800 hingga 1989. Matahari berada dalam jarak 0,5 unit astronomi (AU). Artinya, komet datang dalam jarak setengah jarak antara Bumi dan matahari, atau kurang. Empat di antaranya adalah komet periode pendek yang mengorbit matahari dalam waktu kurang dari 200 tahun. 

Sebanyak 81 komet yang tersisa adalah komet periode panjang yang membutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk mengorbit matahari. Dia mencatat hasil dari masing-masing 85 komet. 

Saat mereka mendekati matahari, enam belas dari mereka hancur. Enam komet lagi berhasil mencapai perihelion, tetapi mereka menjadi tidak stabil dan memudar secara signifikan. Komet yang tersisa selamat dari perihelion.

Bortle kemudian melihat magnitudo mutlak setiap komet. Magnitudo mutlak sebuah komet adalah ukuran kecemerlangan sejatinya (dalam hal ini, seberapa terang komet jika jaraknya satu AU dari Bumi dan Matahari).

Bortle mengidentifikasi hubungan antara jarak perihelion dan magnitudo absolut (kecerahan pada 1 AU) (titik terdekat dengan matahari). Dia menemukan bahwa komet yang secara intrinsik lebih redup tidak bertahan saat mendekati matahari. 

Pada jarak perihelion seperti itu, komet yang lebih terang mungkin bisa bertahan. Sebaliknya, komet yang lemah akan hancur pada jarak yang sama dari matahari.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement