Jumat 06 May 2022 09:06 WIB

Ilmuwan Akhirnya Pelajari Sampel Bulan dari Misi Apollo 50 Tahun Lalu

Fragmen sampel bulan tidak tersentuh selama 50 tahun terakhir.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Bulan
Foto: en.wikipedia.org
Bulan

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Ketika misi Apollo 15 dan 17 kembali ke Bumi dengan potongan fragmen Bulan pada tahun 1971 dan 1972, beberapa sampel sengaja disisihkan untuk masa depan. Setelah setengah abad dan sampel ini akhirnya dipelajari.

Pada 2019, tak lama setelah misi Artemis ke Bulan yang akan datang diumumkan, sembilan tim peneliti dipilih untuk menganalisis bebatuan dan tanah yang belum tersentuh yang dibawa kembali oleh misi Apollo. Beberapa sampel yang disegel vakum belum pernah dibuka di Bumi sebelumnya. Yang lain telah disimpan dengan hati-hati di lemari es sejak kedatangan mereka 50 tahun yang lalu.

Baca Juga

Mengangkut kargo berharga dari Texas ke laboratorium NASA di seluruh negeri membutuhkan persiapan bertahun-tahun. Sebuah fasilitas khusus harus dibangun di Maryland di Goddard Space Flight Center untuk menampung sampel bulan. Butuh empat tahun untuk menyiapkannya.

Baru sekarang para peneliti akhirnya dapat mulai menganalisis harta karun yang telah lama disimpan dari misi Apollo sebagai persiapan untuk misi Artemis.

“Ketika Anda memikirkan bagaimana sampel ini berasal dari dunia lain, seberapa jauh melakukan perjalanan dan sejarah Tata Surya yang mereka simpan di dalamnya, itu selalu mengejutkan saya,” kata ilmuwan planet Natalie Curran, yang mempelajari sampel bulan di Goddard, dilansir dari Sciencealert, Kamis (5/5/2022).  

Beberapa potongan bulan yang sedang dianalisis Curran dibekukan saat tiba di Bumi pada 1972. Sampel ini harus disimpan dalam kondisi yang tepat.

Untuk menangani sampel berharga, peneliti harus memasukkan walk-in-freezer yang disimpan pada suhu minus 20 derajat Celcius dan memasukkan tangan mereka ke dalam kotak sarung tangan yang dibersihkan dengan nitrogen. Hanya ketika tangan mereka ditutupi sarung tangan karet tebal, mereka dapat menyentuh batu bulan.

“Semua yang kami lakukan melibatkan banyak logistik dan banyak infrastruktur, tetapi menambahkan cuaca dingin membuatnya jauh lebih sulit,” kata peneliti astromaterial Ryan Zeigler, yang membantu menyusun metode penanganan lab.

“Ini adalah pelajaran pembelajaran yang penting bagi Artemis, karena kemampuan untuk memproses sampel dalam cuaca dingin akan menjadi lebih penting untuk misi Artemis daripada untuk Apollo. Pekerjaan ini memberi kita beberapa pelajaran dan masukan yang baik untuk Artemis,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement