Kamis 31 Mar 2022 12:06 WIB

Apple dan Facebook Bocorkan Data Pengguna ke Peretas?

Peretas itu diduga berpura-pura menjadi penegak hukum.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Peretas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Peretas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Apple dan perusahaan induk Facebook, Meta dikabarkan mungkin telah menyerahkan informasi pribadi pengguna termasuk alamat, nomor telepon, dan alamat IP tahun lalu. Bloomberg melaporkan pada Rabu (30/3/2022), menurut sumber yang tidak disebutkan namanya, data tersebut diberikan kepada peretas yang berpura-pura menjadi penegak hukum.

Diketahui, peretas itu menggunakan permintaan data darurat palsu pada pertengahan 2021. Meskipun tidak secara khusus menyatakan apakah mereka menyerahkan data pengguna, Apple dan Meta sama-sama menunjuk pada proses menangani permintaan darurat pemerintah.

Baca Juga

“Kami meninjau setiap permintaan data untuk kecukupan hukum dan menggunakan sistem serta proses canggih untuk memvalidasi permintaan penegakan hukum dan mendeteksi penyalahgunaan,” kata Juru Bicara Meta Andy Stone dalam sebuah pernyataan email.

Stone menyebut pihaknya sudah memblokir akun yang diketahui disusupi untuk membuat permintaan dan bekerja dengan penegak hukum untuk menanggapi insiden yang melibatkan dugaan permintaan penipuan. Apple menunjuk pada Pedoman Penegakan Hukumnya, Bagian II E, paragraf 3 yang mengatakan:

“Jika pemerintah atau lembaga penegak hukum mencari data pelanggan sebagai tanggapan atas Permintaan Informasi Pemerintah dan Penegakan Hukum Darurat, supervisor untuk pemerintah atau agen penegak hukum yang mengajukan Permintaan Informasi Pemerintah Darurat dan Penegakan Hukum dapat dihubungi dan diminta untuk mengonfirmasi ke Apple bahwa permintaan darurat itu sah.”

Dilansir CNet, Kamis (31/3/2022), pemilik Snapchat juga dilaporkan menerima satu permintaan data, tetapi tidak diketahui apakah perusahaan memenuhi permintaan itu. Seorang juru bicara Snap mengatakan kepada CNet melalui email bahwa Snap memiliki perlindungan yang dibangun ke dalam prosesnya untuk menemukan permintaan penegakan hukum yang curang, termasuk permintaan yang dibuat oleh peretas.

Menurut Bloomberg, beberapa peretas kemungkinan merupakan anak di bawah umur yang berlokasi di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Salah satu dari mereka mungkin berada di balik serangan siber Lapsus$ yang belum lama ini menyerang Microsoft, Samsung, dan Nvidia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement