Ahad 27 Mar 2022 08:23 WIB

Jerman Uji Coba Kawasan Semuanya Gunakan Bahan Bakar Hidrogen

Jenis bus berbahan bakar hidrogen bagus karena tidak ribut.

Kendaraan Hidrogen (ilustrasi)
Foto: VOA
Kendaraan Hidrogen (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARYA -- Harga bahan bakar meningkat drastis di seluruh dunia. Kawasan Desa Bosbüll di Jerman utara ingin memprioritaskan hidrogen dan menunjukkan bahan bakar ini punya masa depan hijau.

Di sebuah desa di bagian paling utara Jerman terdapat proyek model pertama, di mana sebuah kawasan bertekad untuk bertahan tanpa bahan bakar fosil, dan sepenuhnya menggunakan hidrogen. 

Baca Juga

Sejak beberapa pekan belakangan, dua bus berbahanbakar hidrogen digunakan untuk mengangkut penumpang. Untuk proyek itu, dibangun khusus beberapa tempat pengisian bahan bakar hidrogen.  

Bagi Sven Hänsel yang berprofesi sebagai pengemudi bus, jenis bus berbahanbakar hidrogen bagus karena tidak ribut. "Orang hanya mendengar motor listrik dan putaran gigi persneling." Ia menambahkan, mesinnya tidak bising. 

Sampai-sampai jika penumpang di bus mengobrol, dia bisa mendengar percakapan mereka. "Kadang kurang enak. Tapi lama-kelamaan saya tidak mendengar lagi obrolan penumpang, dan hanya memperhatikan situasi lalu lintas,” ujar pengemudi bus berbahan bakar hidrogen ini.

Kendala pompa pengisian bahan bakar

Daniel Marx, pimpinan perusahaan DB Regio Bus Nord mengungkapkan, saat ini masalah aktualnya adalah sulitnya mengisi bahan bakar. Tepatnya, antara bus dan instalasi tidak ada koneksitas. Ini masalah piranti lunak, tapi bisa diselesaikan dengan beberapa aktualisasi.

Inti proyek hidrogen adalah instalasi elektrolisis. André Steinau, yang menggagas proyek model bernama eFarm itu, punya perusahaan instalasi elektrolisis dengan biaya pembuatan senilai beberapa juta Euro. Di perusahaan itu, hidrogen diekstrasi dari air di dalam wadah raksasa. Untuk itu dibutuhkan banyak energi listrik.

André Steinau menjelaskan, mereka tidak ingin menyia-nyiakan listrik. Ide mereka adalah, menyimpan listrik untuk dipakai nanti, kalau energi terbarukan tidak bisa diakses. "Selain itu kami juga akan mencari penggunaan di mana energi tidak hanya dikembalikan ke jaringan listrik, melainkan ke sektor-sektor lain seperti mobilitas dan penghangat ruangan," demikian dijelaskan André Steinau. 

Metode yang digunakan saat ini adalah dengan bantuan listrik dari tenaga angin, hidrogen dipisahkan dari air yang sudah dibersihkan. Ini kemudian diangkut ke tempat pengisian bahan bakar hidrogen. 

Dalam proses untuk mendapatkan hidrogen, terbentuk suhu tinggi. Panas kemudian dialirkan ke jaringan lokal untuk disalurkan. Dengan cara itu, rumah-rumah penduduk dapat dihangatkan saat musim dingin, tanpa melepas emisi CO2.   

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement