Ahad 20 Mar 2022 13:15 WIB

Daging Berperan Penting Bagi Evolusi Otak Manusia, Benarkah?

Ketika leluhur manusia zaman purba menjadi pemakan daging, organ pencernaan mengecil.

Otak manusia (Ilustrasi). Otak manusia berevolusi sejak zaman purba.
Foto: Pixabay
Otak manusia (Ilustrasi). Otak manusia berevolusi sejak zaman purba.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika leluhur manusia di zaman purba menjadi pemakan daging, organ pencernaan mengecil. Energi yang tersisa mendorong pertumbuhan otak. Begitu salah satu teorinya.

Sebetulnya, kita, manusia, bisa mengalami nasib sama seperti dinosaurus, yaitu punah. Tapi kita sekarang masih eksis. Jadi apa yang membedakan kita dari dinosaurus? Yang terutama adalah: manusia mengembangkan otaknya menjadi lebih kuat dan produktif.

Baca Juga

Itu keuntungan besar dalam proses evolusi. Tapi harus dibayar mahal. Ahli paleoantropologi Philipp Gunz mengatakan, otak adalah organ yang sangat energetik dan rumit.

“Sebagai spesies, manusia harus mampu memenuhi kebutuhan energi otak yang sangat besar. Karena walaupun volumenya hanya beberapa persen dari volume tubuh, otak perlu 25 persen energi kita selama 24 jam sehari, dan tujuh hari sepekan."

Timbul pertanyaan dari mana datangnya energi ini? Mengapa otak kita bisa berkembang pesat sampai bentuknya sekarang? Itulah yang diselidiki ahli paleoantropologi, Philip Gunz herausfinden.

Energi dari konsumsi daging

Untuk menjawab teka-teki perkembangan otak manusia, ada baiknya menengok makanan hewan yang paling mirip manusia, yaitu kera besar. Jika dibandingkan dengan makanan manusia, tampak jelas bahwa kera besar hanya mengkonsumsi tumbuhan. Itu jugalah yang awalnya dilakukan nenek moyang kita.

Namun, itu kemudian berubah. Kera besar yang diberi nama Lucy hidup sekitar tiga juta tahun lalu, dan dia memakan daging, walaupun jarang. Itu terbukti dari tulang hewan yang memiliki takik yang unik.

Takik pada tulang hewan itu berasal dari peralatan dari batu, yang digunakan nenek moyang kita untuk melepas daging dari tulang. Kemudian, sekitar dua setengah juta tahun lalu, konsumsi daging meningkat dengan sangat cepat.

"Kami menduga, keturunan manusia setelah itu mulai secara aktif memburu hewan. Setiap kali berburu, mereka juga semakin sukses, semakin ulung, sehingga bisa mengkonsumsi lebih banyak daging,” kata Philipp Gunz.

Dengan demikian mereka mendapat energi dalam jumlah lebih besar. Oleh sebab itu, otak manusia juga semakin besar. Artinya, itu perkembangan yang mereka picu sendiri. Akhirnya, kita punya volume otak sangat besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuh. 

Manusia jadi semakin hebat dalam berburu, dengan metode efektif, juga strategi dan senjata. Otak kita terus berkembang. Tapi apa urusannya daging hasil perburuan dengan ukuran otak kita?

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement