Kamis 17 Mar 2022 11:42 WIB

Sensor Mini Disebar ke Udara Bisa Rekam Tanda-Tanda Perubahan Iklim

Sensor dapat mengirimkan data hingga 60 meter.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Perubahan iklim (Ilustrasi) Ketika krisis iklim terus meningkat, pelacakan perubahan suhu, kelembaban, dan sinyal lingkungan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Foto: PxHere
Perubahan iklim (Ilustrasi) Ketika krisis iklim terus meningkat, pelacakan perubahan suhu, kelembaban, dan sinyal lingkungan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Sensor kecil dengan desain yang terinspirasi oleh biji dandelion dapat disebarkan ke angin untuk membantu melacak indikator utama perubahan iklim dan pemanasan global. Ketika krisis iklim terus meningkat, pelacakan perubahan suhu, kelembaban, dan sinyal lingkungan lainnya di area yang luas akan berguna.

Namun, untuk bisa melacaknya secara efektif dibutuhkan sensor yang menyebar ke seluruh lingkungan, yang dapat memakan waktu.

Baca Juga

“Daripada menyuruh seseorang keluar dan menempatkan sensor satu per satu, yang bisa berbahaya di tempat yang sulit dijangkau di mana kami ingin melakukan pengukuran ini, kami bertanya-tanya apakah mungkin untuk membangun sistem yang dapat menyebarkan sensor di angin,” kata Vikram Iyer di University of Washington di Seattle, dilansir dari News Scientist, Kamis (17/3/2022)

Iyer dan rekan-rekannya menggunakan alat bertenaga laser untuk membuat perangkat dari film polimida. Masing-masing memiliki berat 30 miligram dengan diameter 28 milimeter, dan membawa serangkaian lubang kecil yang dapat dilalui udara seperti biji dandelion.

Perangkat membawa sensor kecil, yang pada dasarnya merupakan komputer mikro yang ditenagai oleh panel surya kecil. Perangkat ini dapat mengirim kembali sinyal ke para peneliti, yang mengembangkan berbagai jenis yang mengukur suhu, kelembaban, tekanan, dan cahaya. Kapasitor on-board kecil dapat menyimpan energi dalam semalam atau dalam kondisi mendung.

Secara keseluruhan, tim menguji 75 desain berbeda sebelum menemukan campuran variabel yang optimal. Desain akhir dapat bergerak di udara dengan kecepatan 0,87 meter per detik, terbang hingga 100 meter dengan angin sedang saat dilepaskan dari drone. Tes dunia nyata menunjukkan bahwa sensor dapat mengirimkan data hingga 60 meter.

“Pembuatan ‘biji’ sangat menarik, seperti desain elektroniknya,” kata Jonathan Aitken di University of Sheffield, Inggris. “Keduanya tampaknya sangat kuat terhadap lingkungan alam,” ujarnya.

Aitken juga terkesan dengan jangkauan kemampuan komunikasi sensor. “Ditambah dengan murahnya perangkat yang berarti dapat digunakan dalam jumlah besar, menjadikan ini pilihan yang sangat baik, terutama dalam pemantauan pertanian atau area bencana,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement