Selasa 15 Mar 2022 15:24 WIB

Teknologi Pencarian Wajah Bantu Ukraina Cari Penyusup Rusia

Sebagian besar database wajah diambil dari situs media sosial Rusia.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
(Foto: ilustrasi pengenalan wajah)
Foto: Wallpaper Flare
(Foto: ilustrasi pengenalan wajah)

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV – Perusahaan pengenalan wajah Clearview AI telah menawarkan sistem yang mencari database miliaran gambar wajah ke pemerintah Ukraina. Sistem tersebut dinilai dapat membantu Ukraina mencari penyusup Rusia, memerangi informasi salah, dan mengidentifikasi wajah mayat.

“Saya senang mengonfirmasi bahwa Clearview AI telah menyediakan teknologi pengenalan wajah kepada pejabat Ukraina untuk digunakan selama krisis yang mereka hadapi,” kata Kepala Eksekutif Clearview AI, Hoan Ton-That dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Wajah Rusia

Clearview AI menawarkan layanannya secara gratis dalam sebuah surat kepada pemerintah Ukraina yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters. Menurut laporan itu, sebagian besar database wajah diambil dari situs media sosial Rusia.

Perusahaan mengklaim telah memiliki lebih dari dua miliar gambar dari jejaring sosial bernama Vkontakte (VK) yang terkadang dijuluki “Facebook Rusia.” Dalam surat tersebut, Ton-That mengidentifikasi sejumlah skenario potensial di mana teknologi dapat berguna untuk beberapa hal, yaitu:

-Mengidentifikasi penyusup dengan mencocokkan foto mereka atau kartu identitas mereka.

-Mengidentifikasi mayat tanpa perlu sidik jari.

-Memerangi informasi salah.

-Reunifikasi keluarga dengan mengidentifikasi orang-orang tanpa dokumen.

Menurut Ton, Ukraina mulai menggunakan teknologi itu pada Sabtu lalu. Namun, kementerian pertahanan Ukraina sampai saat ini belum menanggapi komentar.

Meskipun dinilai dapat membantu Ukraina, teknologi Clearview AI dikritik oleh pengawas privasi. Pada November lalu, regulator privasi data Inggris, Kantor Komisaris Informasi (ICO) memberikan denda sementara 17 milyar Poundsterling. Belum lama ini, regulator Italia, memberikan denda sebesar 20 juta Euro.

Dilansir BBC, Selasa (15/3/2022), perusahaan juga menghadapi tuntutan hukum di Amerika Serikat (AS) atas penggunaan gambar yang dikumpulkan dari internet. Setidaknya, satu kritikus mengatakan pengenalan wajah bisa salah mengidentifikasi orang di pos pemeriksaan.

Direktur Eksekutif Proyek Pengawasan Teknologi Pengawasan di New York Albert Fox Cahn mengatakan kepada Reuters ada kemungkinan masyarakat akan melihat teknologi yang bermaksud baik menjadi bumerang dan merugikan orang-orang yang seharusnya dibantu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement