REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Antariksa Amerika (NASA) pernah memiliki sebuah teleskop bernama Kepler. Teleskop ini digunakan untuk berburu planet eksasurya.
Planet eksasurya atau eksoplanet merupakan planet yang berada di luar tata surya. Setiap pemberian nama planet akan menggunakan Kepler, seperti Kepler-452b atau Kepler-4b, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2018 Teleskop Luar Angkasa Kepler pensiun. Namun, teleskop tunggal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap ilmu planet ekstrasurya dan cara kita berpikir mengenai planet di luar tata surya.
Kepler diluncurkan pada tahun 2009 saat penelitian planet ekstrasurya masih menjadi topik baru. Ini berbeda dengan saat ini yang sudah menjadi fokus utama. Konsepnya adalah untuk memiliki teleskop di orbit yang secara khusus mencari eksoplanet dan mencoba mempelajari dunia ini.
Dalam mencapai tujuan yang ambisius ini, misi ini dikatakan sangat berhasil. Teleskop menemukan sebanyak 2.600 planet ekstrasurya yang menakjubkan dalam kurun waktu 11 tahun.
Selama menjalankan misinya terdapat berbagai kendala. Teleskop pernah mengalami kegagalan mekanis selama 4 tahun dalam misi dan para insinyur harus menemukan solusi untuk mengatasinya. Namun mereka berhasil mengatasinya sehingga pesawat luar angkasa dapat melanjutkan misi fase ke-2 yang disebut K2.
"Ketika kami mulai menyusun misi ini 35 tahun yang lalu, kami tidak mengetahui satu planet pun di luar tata surya kita," kata penyelidik utama pendiri misi Kepler, William Borucki, yang sekarang pensiun dari Pusat Penelitian Ames NASA di Lembah Silikon California, ketika teleskop dipensiunkan pada 2018.
Peninggalan Eksoplanet
Dilansir dari Space, Kepler mengalami kehabisan bahan bakar dan menjadi gelap. Sementara itu peneliti tetap berupaya dalam mengumpulkan data hingga menit terakhir. Misi ini berbeda dengan pembakaran dramatis di atmosfer.
Salah satu hal yang luar biasa mengenai Kepler, yaitu setelah teleskop dipensiunkan namun masih dapat menawarkan limpahan berbagai informasi kepada komunitas astronomi. Dari misi Kepler terdapat data yang berhasil dikumpulkan dari ribuan eksoplanet. Data ini telah tersedia untuk umum yang tersimpan di Arsip Barbara A. Mikulski untuk Teleskop Luar Angkasa.
Dilansir dari SciTechDaily, data ini terus digunakan dalam penemuan astronomi hingga saat ini. Dengan data tersebut, dapat menghasilkan perkiraan bahwa kemungkinan ada hingga enam miliar planet yang menyerupai Bumi di galaksi. Meskipun misi Kepler sudah tidak beroperasi lagi, tetapi sangat sukses sebagai landasan untuk studi eksoplanet saat ini.
Saat misi dihentikan, administrator asosiasi Direktorat Misi Sains NASA Thomas Zurbuchen mengatakan sebagai misi berburu planet pertama NASA, Kepler telah melampaui semua harapan kami dan membuka jalan bagi eksplorasi dan pencarian kami untuk kehidupan di tata surya dan sekitarnya.
"Tidak hanya menunjukkan kepada kita berapa banyak planet yang mungkin ada di luar sana, itu memicu bidang penelitian yang sama sekali baru dan kuat yang telah mengejutkan komunitas sains. Penemuannya telah memberi cahaya baru di tempat kita di alam semesta, dan menerangi misteri dan kemungkinan yang menggiurkan di antara bintang-bintang," kata dia.