REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dunia saat ini sedang menunggu pembangunan reaktor tenaga fusi terbesar yang disebut Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Reaktor ITER ini digadang-gadang akan menghasilkan energi fusi atau energi yang terjadi seperti di dalam matahari yang sangat besar.
Pembangunan reaktor-reaktor yang lebih kecil dengan desain serupa juga masih berjalan. Reaktor yang disebut tokamak ini membantu untuk menguji perangkat keras dan lunak.
Untuk mengaktifkan fusi, perangkat lunak kontrol tokamak harus memantau keadaan plasma dan merespons setiap perubahan dengan membuat penyesuaian waktu nyata pada magnet sistem. Kegagalan untuk melakukannya dapat mengakibatkan penurunan energi yang mengarah pada kegagalan fusi.
Mendapatkan perangkat lunak kontrol dengan benar membutuhkan pemahaman yang mendetail tentang magnet kontrol dan plasma. Oleh karena itu, tim Artificial Intelligence (AI) DeepMind Google mengumumkan perangkat lunaknya telah berhasil dilatih untuk mengontrol tokamak.
Lepas kendali
Mengembangkan perangkat lunak kontrol untuk tokamak merupakan proses yang rumit. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, para insinyur dapat mengekstrak beberapa prinsip dasar yang diperlukan agar perangkat lunak berfungsi, seperti input sensor yang harus dibaca dan bagaimana merespons perubahan di dalamnya. Sayangnya, pasti selalu ada keanehan berdasarkan desain perangkat keras dan energi plasma yang digunakan.
Para peneliti di lapangan telah mengidentifikasi kecerdasan buatan sebagai solusi. AI bisa mengetahui konfigurasi kontrol mana yang menghasilkan properti yang diinginkan dalam plasma. Itu akan membebaskan orang untuk fokus pada keadaan akhir dan kemudian membiarkan perangkat lunak memproduksinya.
Selain itu, AI juga harus lebih fleksibel. Setelah dilatih tentang cara mengontrol sistem, ia harus mampu menghasilkan konfigurasi plasma yang sangat berbeda untuk dipelajari tanpa perlu memprogram ulang.