Pasien yang kekurangan vitamin D, 14 kali lebih mungkin mengalami gejala Covid-19 yang parah atau kritis. Terlebih lagi, tingkat kematian bagi pasien yang kekurangan vitamin D cukup tinggi, yakni 25,6 persen.
Sebaliknya, kelompok yang tercukupi kadar vitamin D-nya tingkat kematian hanya 2,3 persen. Perbedaan masih berlaku setelah peneliti mengontrol usia pasien, jenis kelamin, dan riwayat penyakit kronis.
Sebagai tambahan, tim peneliti juga telah melakukan kajian tentang korelasi vitamin D dan penyakit kronis sebelum pandemi. Hasilnya, selama dua tahun sebelum pandemi, vitamin D telah dikaitkan dengan keparahan penyakit.
"Artinya, setiap orang yang mengonsumsi suplemen vitamin D selama pandemi tidak memiliki kerugian apapun, selama mengasupnya dalam jumlah yang sesuai dengan saran dokter," kata Dror.