REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vitamin D telah diyakini secara luas bisa membantu menjaga imunitas tubuh. Kini, studi terbaru dari Israel mengungkap bahwa seseorang dengan kadar vitamin D rendah lebih mungkin memiliki gejala Covid-19 yang parah bahkan kritis.
Studi yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE ini didasarkan pada data dari dua gelombang pertama Covid-19 di Israel sebelum vaksin tersedia secara luas. Para peneliti juga mengingatkan bahwa suplemen vitamin D bukanlah pengganti vaksin, tetapi dapat membantu tingkat kekebalan.
"Kami melihat perbedaan antara pasien Covid-19 dengan gejala parah yang kekurangan vitamin D dibandingkan dengan yang tidak kekurangan vitamin D," kata penulis utama sekaligus dokter di Galilee Medical Centre, Amiel Dror, seperti dilansir WebMD pada Kamis (10/2/2022).
Meski penelitian dilakukan sebelum kemunculan varian omicron, namun itu sama sekali tidak memengaruhi efektivitas vitamin D. Pada intinya, vitamin D berperan penting dalam membantu memperkuat sistem kekebalan dalam menghadapi patogen virus yang menyerang sistem pernapasan.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, tim peneliti mengamati kadar vitamin D dari 250 pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Galilee Medical Centre antara April 2020 hingga Februari 2021. Kadar vitamin D didasarkan pada skrining yang dilakukan sebelum rawat inap sebagai bagian dari pemeriksaan darah rutin atau untuk defisiensi vitamin D, berkisar antara 14 hingga 730 hari sebelum tes PCR positif.