REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penyintas Covid-19 memiliki peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular di bulan pertama hingga setahun setelah infeksi. Kesimpulan itu berasal dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine.
Para peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa komplikasi tersebut termasuk gangguan irama jantung, radang jantung, pembekuan darah, strok, penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, atau bahkan kematian. Para peneliti mencatat bahwa masalah ini terjadi bahkan di antara seseorang yang sebelumnya sehat dan mereka yang memiliki gejala Covid-19 ringan.
"Apa yang kami lihat tidak baik. Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular yang serius dan kematian," ujar penulis studi senior Ziyad Al-Aly, asisten profesor di Washington University di Amerika Serikat, dikutip dari laman India Today, Rabu (9/2/2022).
Al-Aly menjelaskan, jantung tidak mengalami regenerasi atau sembuh dengan mudah setelah mengalami kerusakan. Ini adalah penyakit yang akan menyerang manusia seumur hidup.
Para peneliti mencatat bahwa Covid-19 sejauh ini berkontribusi pada 15 juta kasus baru penyakit jantung di seluruh dunia. Al-Aly menyebut, angkanya cukup signifikan.
"Bagi siapa saja yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, kesehatan jantung menjadi bagian integral perawatan setelah Covid-19 akut," kata Al-Aly.
Para peneliti mengatakan, penyakit kardiovaskular, istilah umum yang mengacu pada berbagai kondisi jantung, trombosis, dan strok, adalah penyebab utama kematian di dunia. Al-Aly menyebut, untuk orang-orang yang jelas-jelas berisiko terkena penyakit jantung sebelum terinfeksi SARS-CoV-2, temuan menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menambah risiko.
"Namun, yang paling hebat, orang yang tidak pernah memiliki masalah jantung dan dianggap berisiko rendah juga mengalami masalah jantung setelah Covid-19," katanya.
Para peneliti menganalisis catatan medis yang tidak terintefikasi dalam database yang dikelola oleh US Department of Veterans Affairs, sistem pemberian layanan kesehatan terintegrasi terbesar di negara itu.
Mereka membuat kumpulan data terkontrol yang mencakup informasi kesehatan 153.760 orang yang dites positif Covid-19 sekitar 1 Maret 2020 hingga 15 Januari 2021 dan selamat dari 30 hari pertama infeksi penyakit wabah itu.
Orang-orang dalam penelitian ini hanya sedikit yang sudah divaksinasi. Itu karena vaksin belum tersedia secara luas pada saat pendaftaran.