Rabu 02 Feb 2022 20:17 WIB

Omicron Generasi Kedua Lebih Cepat Menular dari Aslinya, Bagaimana Tingkat Keparahannya?

Omicron generasi kedua dikenal juga sebagai subvarian BA.2 atau 'omicron's sister'.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Warga beraktivitas di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Berdasarkan data dari Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga Jumat (28/1/2022), kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 1.875 kasus. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di salah satu urutan tertinggi kasus Omicron di Asia Tenggara. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Temuan lain dari otoritas kesehatan Inggris yang dirilis pekan lalu menemukan bahwa subvarian omicron lebih menular daripada yang asli. Badan Keamanan Kesehatan Inggris juga mencatat bahwa suntikan booster tetap menjadi perisai yang efektif melawan virus.

photo
Infografis Gejala Omicron Muncul Setelah 48 Jam - (republika.co.id)
 

Sementara BA.1 menjadi dominan secara global, Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan lalu mengatakan bahwa kasus BA.2 baru meningkat di beberapa negara seperti Afrika Selatan, Denmark, dan India. Tidak ada studi yang telah menjalani tinjauan menyeluruh oleh para ahli dari luar.

Studi di Denmark dilakukan oleh para ilmuwan di Technical University of Denmark, Statistics Denmark, University of Copenhagen dan Statens Serum Institute. Yang lainnya dipimpin oleh Charles Chiu di University of California, San Francisco, Amerika Serikat.

Para peneliti mengatakan bahwa risiko infeksi dengan omicron asli dan "omicron's sister" ini lebih tinggi pada mereka yang tidak divaksinasi, menekankan pentingnya mendapatkan vaksin Covid-19. Di sisi lain, para ahli mengatakan bahwa mutasi omicron tidak perlu dikhawatirkan.

Sebab, sejauh ini tidak ada bukti bahwa itu bisa menimbulkan gejala yang lebih parah. Profesor Computational Systems Biology di UCL Genetics Institute, Francois Balloux, menjelaskan, virus cenderung berevolusi cukup cepat dengan strain berbeda.

"Tidak ada bukti sejauh ini bahwa BA.1 dan BA.2 berbeda dalam hal virulensi, profil usia orang yang cenderung terinfeksi, maupun kemampuannya lolos dari sistem kekebalan," kata Prof Balloux, dikutip The Sun, Rabu (2/2/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement