REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron dari SARS-CoV-2 telah menjadi dominan di seluruh dunia. Temuan kali ini menunjukkan keraguan mengenai kemungkinan pandemi akan berakhir dalam waktu dekat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan bahwa ada empat keturunan omicron yang beredar di seluruh dunia. Varian tersebut telah mengembangkan sejumlah garis keturunan terpisah sejak muncul akhir tahun lalu.
Hal ini dinilai tidak mengejutkan karena sudah menjadi pola umum varian virus, seperti halnya delta yang telah terpecah menjadi lebih dari 200 subvarian. Sebagian besar galur sifatnya sangat mirip dengan aslinya sehingga tidak memberikan dampak tambahan pada tingkat keparahan atau kekebalan.
Temuan dari otoritas kesehatan Inggris yang dirilis pekan lalu menemukan bahwa subvarian omicron lebih menular daripada yang asli (B.1.1.529). Studi baru menunjukkan bahwa varian terbaru dari omicron yang dijuluki "omicron's sister" itu sangat menular daripada versi aslinya.
Sub varian BA.2 juga dijuluki sebagai stealth omicron. Sub-strain BA.2 ini berbeda dari strain BA.1 omicron karena tidak memiliki mutasi yang memungkinkannya untuk terdeteksi sebagai omicron dalam tes PCR, menurut UK Health Security Agency.
Transmisi varian baru atau generasi kedua omicron lebih cepat daripada yang asli. Kasus ringan dari varian pertama tidak menawarkan banyak perlindungan terhadap infeksi di masa depan, menurut laporan Indian Express.
Vaksin memang sudah lebih mudah diakses dan tingkat kematian Covid-19 tetap rendah. Hanya saja, orang-orang mulai bosan dengan pembatasan pandemi. Sementara seruan kepada pemerintah untuk menjadikan Covid-19 sebagai penyakit endemik seperti influenza juga terus meningkat secara global.
"Laporan dari para peneliti di University of California, San Francisco, yang diterbitkan secara daring sebelum ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan bahwa produksi antibodi penetralisir selama infeksi omicron terkait dengan tingkat keparahan penyakit," demikian laporan Financial Express, dikutip Rabu (2/2/2022).
Para peneliti mencatat, orang-orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 cenderung mengalami Covid-19 yang lebih ringan. Studi ini juga menemukan bahwa perlindungan dari infeksi alami adalah sekitar sepertiga yang diperoleh melalui suntikan dosis penguat vaksin (booster).
Para peneliti menyebut bahwa kekebalan yang diinduksi infeksi omicron mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi dari varian lain yang lebih patogen di masa depan. Mereka juga mencatat bahwa vaksin booster yang digunakan untuk meningkatkan kekebalan mungkin tidak dapat diandalkan untuk melindungi dari infeksi atau jenis baru.
Lebih menular dari varian aslinya
Studi kedua menunjukkan bahwa omicron generasi kedua bisa lebih menular daripada versi aslinya. Studi menunjukkan bahwa 39 persen orang yang terinfeksi subvarian BA.2 lebih mungkin menginfeksi orang lain di rumah mereka dibandingkan dengan 29 persen dari mereka yang memiliki versi virus asli.
Data yang dianalisis dikumpulkan dari 8.541 rumah tangga dari Desember 2021 hingga Januari 2022 di Denmark. Di sana, subvarian baru merupakan strain yang lebih dominan.