REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah makan atau minum sesuatu yang dingin, terkadang muncul rasa sakit dan sensasi tertusuk di kepala yang tidak menyenangkan. Kondisi itu disebut brain freeze, yang sensasinya segera hilang secepat kedatangannya.
Beberapa orang mengalami sensasi itu saat terkena udara dingin, dengan rasa sakit yang menusuk dari depan atau samping kepala. Dikenal dengan nama ilmiah sphenopalatine ganglioneuralgia, hingga kini para pakar masih ragu mendefinisikan penyebabnya.
Menurut salah satu teori, zat dingin merangsang ganglion sphenopalatina, sekelompok saraf di bagian belakang langit-langit mulut. Teori lain menyebutkan brain freeze disebabkan oleh pembuluh darah di langit-langit mulut dan sinus yang menyempit dengan cepat karena penurunan suhu di mulut.
Penelitian berskala kecil yang terbit pada 2012 di The FASEB Journal meninjau kondisi 13 sukarelawan saat mengalami brain freeze. Tubuh masing-masing peserta dihubungkan ke peralatan non-invasif yang menganalisis aliran darah di arteri otak.
Mereka kemudian menyesap air es melalui sedotan yang bersentuhan dengan langit-langit mulut sampai mereka merasakan sensasi beku yang familier. Aliran darah, tekanan darah, dan detak jantung mereka dianalisis sebelum, selama, dan setelah terjadinya sensasi.
Para peneliti menemukan bahwa minum air es meningkatkan aliran darah di beberapa pembuluh darah otak. Studi tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami brain freeze, otak hanya bereaksi terhadap sensasi dingin.
Otak sebenarnya tidak dapat merasakan sakit karena tidak memiliki nosiseptor (serabut saraf yang ada di kulit, otot, sendi, dan beberapa organ yang mengirimkan sinyal rasa sakit). Namun, ada lapisan jaringan pelindung antara otak dan tengkorak yang disebut dura dan pia yang memang mengandung nosiseptor.