REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Letusan gunung berapi yang mengguncangkan daerah Pasifik Selatan Tonga awal bulan ini adalah ratusan kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima selama Perang Dunia II.
“Ini adalah perkiraan awal, tetapi kami pikir jumlah energi yang dilepaskan oleh letusan itu setara dengan antara empat hingga 18 megaton TNT,” kata Jim Garvin, kepala ilmuwan di Goddard Space Flight Center NASA, kepada blog Earth Observatory NASA.
Sebagai perbandingan, para ilmuwan NASA memperkirakan letusan Gunung St. Helens tahun 1980 melepaskan energi 24 megaton, menurut Rhea Mogul dan Alex Stambaugh dari CNN. Peristiwa Tonga baru-baru ini adalah letusan gunung berapi paling kuat di Bumi dalam lebih dari 30 tahun, setelah Gunung Pinatubo pada tahun 1991, kata ahli vulkanologi Auckland University Shane Cronin kepada Kim Moodie dari Radio Selandia Baru, dilansir dari Smithsonian Magazine, Rabu (26/1/2022).
Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai mengirimkan gumpalan dramatis abu dan uap air sejauh 25 mil ke atmosfer dan menghasilkan gelombang tsunami setinggi hampir 50 kaki yang menghantam gelombang besar melintasi Pasifik. Ledakan itu juga memutus kabel internet negara itu, memutus komunikasi ke kepulauan terpencil itu selama berhari-hari.
Untuk menghitung kekuatan peristiwa tersebut, para ilmuwan menggunakan kombinasi citra satelit dan survei di lapangan. Live Science melaporkan para peneliti mempertimbangkan berbagai bukti, termasuk jumlah batu yang dihilangkan selama ledakan dan ketinggian, serta ukuran awan.
Pulau vulkanik Hunga Tonga-Hunga Ha’apai dulunya adalah dua daratan. Namun, letusan tahun 2015 bergabung dengan kedua pulau tersebut. Letusan kecil pada akhir Desember 2021 benar-benar menambahkan lebih banyak daratan ke pulau-pulau itu juga sebelum gunung berapi itu mereda selama sekitar satu pekan.
Kemudian, letusan pada dini hari 14 Januari begitu kuat sehingga melenyapkan daratan baru, bersama dengan sebagian besar dari dua pulau yang lebih tua, jelas ahli vulkanologi Ed Venzke dari Program Vulkanisme Global Smithsonian. Pulau-pulau yang tersisa membentuk ujung atas gunung berapi bawah laut, yang menjulang lebih dari satu mil dari dasar laut dan membentang selebar 12 mil.