Mike Tildesley, profesor dari kelompok Pemodelan Influenza Pandemi Ilmiah, mengatakan bahwa Covid-19 bisa menjadi masalah yang mirip dengan flu pada akhir tahun. Pakar lain, Simon Clarke, seorang ahli mikrobiologi di University of Reading juga mengatakan bahwa orang-orang harus melanjutkan hidup, tetapi menyadari itu bukan akhir dari wabah.
"Kita jelas menuju ke arah yang benar. Ada begitu banyak orang yang mungkin terinfeksi hingga akhirnya virus kehabisan orang untuk diinfeksi," jelas Clarke.
Clarke mengatakan, peluncuran vaksin booster benar-benar membangun kekebalan tubuh manusia. Meski ada kekhawatiran di awal, ia menyebut vaksin masih memperlambat penularan Covid-19 di tengah varian baru yang beredar.
Varian berikutnya
Di tengah optimisme yang diperlihatkan pakar dari Ingris, para ilmuwan di banyak negara memperkirakan bahwa akan ada varian lain dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Bahkan, varian lainnya ini mungkin akan lebih mengkhawatirkan.
Saat ini, omicron menjadi varian yang dominan beredar di banyak negara di dunia. Setiap infeksi disebut memberi peluang bagi virus untuk bermutasi dan punya kecenderungan untuk memiliki keunggulan dibanding pendahulunya.
Virus tersebut menyebar jauh lebih cepat meski muncul di tengah upaya penambahan kekebalan terhadap manusia, seperti lewat vaksinasi Covid-19. Ini berarti akan lebih banyak orang yang terkena virus yang berkembang lebih lanjut.
Para ahli tidak tahu seperti apa varian berikutnya yang muncul dari SARS-CoV-2. Namun, mereka menyebut bahwa kemungkinan varian baru bisa menjadi lebih berat dan mengkhawatirkan serta tidak ada vaksin yang efektif untuk melawannya.
"Semakin cepat omicron menyebar, semakin banyak peluang untuk mutasi, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak varian," ujar Leonardo Martinez, ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas Boston.