Rabu 12 Jan 2022 13:18 WIB

Sega Buat Studio Pengembangan Baru di Jepang

Studio baru akan fokus pada perangkat lunak yang terkait dengan IP Sega.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Film Sonic the Hedgehog
Foto: dok Paramount Pictures
Film Sonic the Hedgehog

REPUBLIKA.CO.ID, SAPPORO--  Perusahaan gim video di balik seri Sonic The Hedgehog dan Yakuza, Sega telah mendirikan studio baru di Sapporo, Jepang. Studio ini didirikan sebagai tanggapan terhadap ekspansi industri gim yang cepat dan akan menjadi basis pengembangan kedua Sega di negara ini.

Menurut situs resminya, ‘Sega Sapporo’ terdiri dari staf yang dipekerjakan secara lokal. Mereka akan fokus pada perancangan, pengembangan, dan debugging perangkat lunak gim yang terkait dengan IP Sega.

Baca Juga

Dilansir dari Nintendo Life, Rabu (12/1/2022), Sega Sapporo dipimpin oleh presiden dan CEO Takaya Segawa. Segawa memulai kariernya di Sega pada 1992 sebagai seorang desainer. Sebelumnya dia adalah kepala produser dari Phantasy Star Online 2.

“Di bawah kebijakan untuk terus menghadapi tantangan dalam menciptakan konten yang lebih inovatif dan memberikan pengalaman baru dan menarik kepada dunia, kami akan menggunakan pengetahuan yang telah dikumpulkan Sega selama sejarah panjangnya untuk berpartispasi dalam pengembangan hiburan yang kami akan mempersembahkan kepada dunia dari kota menarik Sapporo,” kata pernyataan dari Segawa tentang studio baru.

Selain itu, Sega telah mengumumkan pendirian barunya terkait model play-to-earn dan penyertaan NFT dalam gimnya. Dalam pertemuan manajemen Sega terbaru, yang terjadi pada 24 Desember 2021, CEO Sega Haruki Satomi menyatakan bahwa perusahaan mungkin menghentikan eksperimen yang telah dilakukan yang melibatkan dimasukannya teknologi baru ini ke dalam permainan tradisional.

“Kami ingin mencoba berbagai eksperimen dan kami telah memulai banyak studi dan pertimbangan yang berbeda tetapi tidak ada yang diputuskan pada saat ini mengenai P2E. Sudah banyak pengumuman tentang ini termasuk di luar negeri tetapi ada pengguna yang menunjukkan reaksi negatif pada saat ini,” jawab Satomi ketika ditanya tentang pandangan Sega tentang teknologi play-to-earn saat ini, dilansir dari Bitcoin.

Eksekutif lebih lanjut menyatakan bahwa Sega akan mempertimbangkan untuk mengabaikan tindakan ini jika para pemain menganggap ini sebagai skema menghasilkan uang.

Satomi juga menyinggung subjek metaverse. Dia menyatakan baginya, metaverse adalah tempat di mana orang-orang berkumpul dan komunitas dihasilkan.

Dia menyatakan bahwa tidak setiap gim dengan elemen metaverse merupakan metaverse dan bahwa industri gim harus fokus pada pembuatan gim berkualitas tinggi daripada pengalaman metaverse.

Memperluas ide-ide ini, ia menyatakan “Kami ingin menjadikan Super Game sebagai gim yang mendukung global dan multi-platform dengan memiliki jaringan dan komunitas. Jika gim semacam itu memiliki elemen kompetitif yang disebut PvP, itu bisa berubah menjadi e-sport. Lebih jauh lagi, itu bisa menjadi Metaverse jika memiliki puluhan juta unduhan di seluruh dunia dan sejumlah pengguna aktif.”

Sega adalah perusahaan gim lain yang mulai berkecimpung di NFT . Perusahaan mengumumkan akan mulai menjual NFT berdasarkan kekayaan intelektualnya pada April, dengan penerimaan yang buruk dari komunitas gim. Perusahaan gim tradisional lainnya seperti Ubisoft dan GSC Game World juga telah menerima reaksi semacam ini tentang aktivitas yang mencakup blockchain dan teknologi terkait.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement