Martin Michaelis, profesor di bidang Kedokteran Molekuler di University of Kent mengatakan bahwa belum jelas apakah sampel itu asli atau sisa kesalahan pengurutan atau kontaminasi. Ia menuturkan bahwa sejauh yang diketahui, para peneliti dari Siprus telah mengurutkan sampel SARS-CoV-2 dan menerima urutan genom yang menggabungkan fitur varian omicron dan delta.
"Belum jelas apakah ini nyata atau kesalahan urutan atau konsekuensi dari kontaminasi," kata Michaelis.
Lebih lanjut, Michaelis mengatakan, jika virus yang berbeda dari varian SARS-CoV-2 dianalisis pada mesin yang sama, Anda bisa mendapatkan urutan yang terlihat seolah-olah berasal dari virus baru. Tetapi, pada kenyataannya itu kemungkinan hanya campuran dari virus yang berbeda.
"Oleh karena itu, kita harus menunggu apa yang akan ditunjukkan oleh investigasi lebih lanjut. Bagaimanapun, deltacron bukanlah nama resmi," jelas Michaelis.
Namun, Michaelis memperingatkan bahwa jika dua virus menginfeksi sel yang sama, ada potensi strain untuk bergabung, yang berarti varian hibrida terbentuk. Ia menyebut, virus corona, termasuk SARS-CoV-2, pada prinsipnya memiliki kemampuan untuk menggabungkan kembali materi genetik mereka jika dua virus menginfeksi sel yang sama.
Karena itu, tidak menutup kemungkinan jika seseorang terinfeksi virus varian omicron dan delta secara bersamaan maka akan muncul virus hybrid baru yang membawa kombinasi fitur baru dari kedua virus aslinya. Dengan transmisi omicron dan delta tingkat tinggi pada saat yang sama, virus hibrida semacam itu dapat terbentuk di beberapa titik.