Sabtu 11 Dec 2021 06:54 WIB

Laporan: Spaces Twitter Dipenuhi Ujaran Kebencian dan Ekstremisme

Nasionalis kulit putih hingga aktivis antivaksin penuhi Spaces Twitter.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Spaces Twitter. Ujaran kebencian dan ekstremisme, termasuk dari nasionalis kulit putih dan aktivis antivaksin, memenuhi Spaces Twitter.
Foto: twitter
Spaces Twitter. Ujaran kebencian dan ekstremisme, termasuk dari nasionalis kulit putih dan aktivis antivaksin, memenuhi Spaces Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika media sosial berjuang mengawasi konten berbahaya, fitur obrolan langsung atau Spaces Twitter terus dibanjiri ujaran kebencian dan ekstremisme. Nasionalis kulit putih hingga aktivis antivaksin dilaporkan telah membuat Spaces.

The Washington Post melaporkan pada Jumat (11/12), ratusan orang telah mendengarkan obrolan audio langsung yang ofensif. Pengguna Twitter telah membuat komentar menghina tentang Muslim Syiah, orang kulit hitam Amerika, dan menyebarkan informasi yang salah di Spaces.

Baca Juga

Twitter memungkinkan pengguna untuk melaporkan obrolan audio langsung yang melanggar aturannya. Perusahaan menyimpan salinan obrolan audio yang ditandai setidaknya selama 30 hari untuk meninjau pelanggaran tersebut.

Selain itu, Twitter juga menggunakan perangkat lunak untuk mendeteksi kata kunci yang menyinggung dalam judul Spaces. Bagaimanapun situs media sosial tidak memiliki moderator manusia atau teknologi yang memindai audio secara nyata.

Karyawan dan eks karyawan mengatakan kepada Post bahwa Twitter merasakan tekanan investor untuk merilis produk sebelum diuji keamanannya. Salah seorang pendiri Twitter Jack Dorsey mengundurkan diri sebagai CEO pada November lalu. Posisinya digantikan oleh Parag Agrawal yang merupakan chief technology officer.

Twitter mulai menguji Spaces pada November 2020 saat aplikasi audio sosial Clubhouse semakin populer. Clubhouse juga telah berjuang untuk memoderasi informasi yang salah, termasuk tentang vaksin Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement