REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim di dunia menjadi ancaman yang besar bagi umat manusia. Bahkan, ini mungkin akan menimbulkan konsekuensi lebih buruk dibandingkan dengan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang terjadi saat ini.
Sir Patrick Vallance, Kepala Penasihat Ilmiah Inggris mengatakan bahwa pemanasan global bisa membunuh lebih banyak orang dibandingkan dengan pandemi. Kondisi ini juga bisa menimbulkan ancama yang bertahan hingga ratusan tahun.
Menurut Vallance, Covid-19 mungkin bisa bertahan dan menimbulkan masalah hingga empat tahun. Ia menyebut bahwa krisis iklim menjadi persoalan yang lebih besar karena menimbulkan dampak secara menyeluruh kepada umat manusia dan mahluk hidup di Bumi.
“Iklim adalah masalah yang lebih besar karena dalam hal efek keseluruhan pada kemanusiaan. Ini tantangan yang lebih besar terhadap cara kita hidup dan kehidupan akan hilang,” ujar Vallance, dilansir Mirror.UK, Rabu (10/11).
Peringatan tentang bahaya perubahan iklim tersebut disampaikan oleh Vallance dalam konferensi Cop26. Sejauh ini, beberapa kesepakatan besar yang dicapai diantaranya adalah untuk mengakhiri deforestasi pada 2030 oleh lebih dari 100 negara.
Selain itu, emisi metana sebesar 30 persen pada kerangka waktu yang sama juga diumumkan dalam kesepakatan negara-negara yang menghadiri Cop26. Namun, banyak yang tetap tidak yakin apakah pertemuan internasional tersebut dapat dikatakan sukses, serta mampu mencegah peringatan akan bahaya dari Vallance.
Secara global, krisis iklim menimbulkan sejumlah besar masalah bagi banyak negara di dunia. Mulai dari kenaikan permukaan laut, kelangkaan air, meningkatnya peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan atau badai, hingga peningkatan migrasi.
Selama konferensi, Vallance bergabung dengan hampir 40 rekan di banyak negara yang mengajukan petisi kepada pemerintah untuk mengekang kenaikan suhu menjadi hanya 1,5 derajat celcius. Ia menyebut bahwa hal itu akan menjadi sangat sulit.
"Ini sulit, 1,5C sangat sulit, itu bukan target yang mudah,” jelas Vallance.
Inggris sejauh ini berjanji untuk memiliki emisi nol bersih pada 2050. Namun, jajak pendapat menunjukkan bahwa masyarakat Inggris tidak ingin membayar untuk transisi ini ke masa depan yang lebih hijau, meskipun sangat mendukungnya.