Ahad 07 Nov 2021 19:37 WIB

NASA Ingin Bangun Teleskop Seharga Rp 157 Triliun

Teleskop baru ini diharapkan akan menjadi pengganti telekop Hubble.

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Teleskop ruang angkasa dari Badan Antariksa Amerika (NASA), Hubble menemukan apa yang disebut sebagai superbubble di tengah nebula N44.
Foto: hubble
Teleskop ruang angkasa dari Badan Antariksa Amerika (NASA), Hubble menemukan apa yang disebut sebagai superbubble di tengah nebula N44.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pekan ini survei dekade dari National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine akan dirilis. Laporan ini dirilis setiap 10 tahun, menjabarkan rencana untuk dekade berikutnya astronomi di Aerika Serikat tentang apa yang harus dipelajari, dan apa yang harus dibangun.

Survei Dekadal Astronomi dan Astrofisika 2020, yang dikenal sebagai Astro2020, memprioritaskan tiga tema utama untuk penelitian dekade berikutnya. Toga tema itu yakni pencarian planet ekstrasurya yang berpotensi layak huni, memahami misteri alam semesta termasuk materi gelap dan cara alam semesta mengembang dan mempelajari tentang bagaimana galaksi terbentuk. 

 

Survei ini juga mengakui pentingnya memperluas keragaman dan akses dalam astronomi dan mendukung peneliti yang berada di awal karir mereka. Dilansir di Digital Trends, Ahad (7/11), salah satu rekomendasi terbesar adalah untuk "Great Observatory" baru untuk menggantikan Teleskop Luar Angkasa Hubble yang menua.

 

Teleskop Hubble mengalami banyak masalah tahun ini karena memang perangkat kerasnya yang sudah tua. 

 

Laporan tersebut merekomendasikan penerus teleskop besar baru yang dapat beroperasi dalam panjang gelombang optik, inframerah, dan ultraviolet. Teleskop diharapkan dapat digunakan untuk tugas-tugas seperti mengamati planet ekstrasurya yang jauh untuk melihat apakah mereka berpotensi layak huni.

 

Teleskop raksasa yang direkomendasikan akan menjadi gabungan dari dua proposal: misi Habitable Exoplanet Observatory (HabEx) NASA dan misi Large Ultraviolet Optical Infrared Surveyor (LUVOIR). 

 

Dengan biaya 11 miliar dolar AS atau Rp 157 triliun, teleskop ini akan dapat melihat planet-planet yang jauh dan redup yang 10 miliar kali lebih redup daripada bintang-bintang di sekitar tempat mereka mengorbit.

 

Melihat lebih jauh ke masa depan, laporan tersebut merekomendasikan agar NASA membentuk "Program Pematangan Teknologi dan Misi Great Observatory" untuk mengembangkan lebih banyak teleskop, dinamai empat observatorium unggulan NASA pada 1990-an dan awal 2000-an.

 

"Laporan ini menetapkan visi ambisius, inspirasional, dan aspirasional untuk dekade mendatang astronomi dan astrofisika," kata Fiona Harrison, ketua divisi fisika, matematika, dan astronomi di California Institute of Technology.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement