Jumat 29 Oct 2021 14:15 WIB

Ilmuwan Ungkap Badai Jupiter Lebih Dahsyat dari Perkiraan

Badai di Jupiter merupakan salah satu keajaiban Tata Surya yang menjadi misteri.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemandangan badai di Planet Jupiter yang ditangkap dengan teleskop Hubble.
Foto: nasa
Pemandangan badai di Planet Jupiter yang ditangkap dengan teleskop Hubble.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Data dari pesawat ruang angkasa Juno milik Badan Antariksa Amerika (NASA) memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang atmosfer Jupiter yang menakjubkan. Pesawat itu juga menemukan Great Red Spot atau badai besar yang berputar-putar ini meluas lebih jauh dari yang diperkirakan.

Para peneliti mengatakan pada Kamis (28/10), Great Red Spot melompat antara sekitar 300 hingga 500 km di bawah puncak awan di Jupiter. Data ini diperoleh berdasarkan pengukuran gelombang mikro dan gravitasi yang diperoleh Juno. Luasan volume itu membuat 1.000 Bumi bisa di dalamnya.

Baca Juga

Jupiter dikenal sebagai raksasa gas, terutama terdiri dari hidrogen dan helium, dengan jejak gas lainnya. Garis-garis dan beberapa badai seperti Great Red Spot mendominasi penampilan warna-warni Jupiter, planet kelima dari matahari dengan diameter sekitar 143.000 km.

Dilansir dari Reuters, Jumat (29/10), Great Red Spot adalah badai dengan lebar sekitar 16.000 km yang bergolak di belahan selatan planet Jupiter. Di sana ada awan berwarna merah tua yang berputar berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan tinggi.

Great Red Spot merupakan salah satu keajaiban tata surya dan telah ada selama berabad-abad, tetapi para ilmuwan sampai sekarang sedikit pemahaman tentang apa yang ada di bawah permukaannya.

“Dari sudut pandang ilmiah, membingungkan bagaimana badai bisa berlangsung begitu lama dan begitu besar,” kata Scott Bolton, peneliti utama misi Juno di Southwest Research Institute di Texas dan penulis utama pada salah satu dari dua studi Jupiter yang diterbitkan dalam jurnal Science, Kamis (28/10).

“Itu cukup lebar untuk menelan Bumi,” tambah Marzia Parisi, ilmuwan Juno dari Jet Propulsion Laboratory NASA di California dan penulis utama studi kedua.

Sebuah instrumen yang disebut radiometer gelombang mikro memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip di bawah puncak awan Jupiter dan menyelidiki struktur banyak pusaran badai termasuk Great Red Spot. Ini menunjukkan mereka ada sangat jauh di atmosfer Jupiter-jauh lebih dalam dari yang diperkirakan.

Alih-alih terbatas pada bagian paling atas atmosfer Jupiter, akar Great Red Spot itu jatuh ke daerah di luar tempat air mengembun dan awan terbentuk-dan di bawah tempat sinar matahari mencapai.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement