Kamis 21 Oct 2021 15:20 WIB

Perjalanan Gim, dari Resolusi Piksel Sampai Virtual Reality

Game spacewar! dari tahun 1962 adalah salah satu permainan komputer pertama.

Pokemon Go
Foto:

Fotorealisme dan musik

Munculnya CD-ROM mendorong pengembangan game digital semakin lebih jauh. Disket memiliki kapasitas penyimpanan 1,4 MB, sedikit lebih banyak dari modul konsol. CD di sisi lain memiliki kapasitas 700 MB, dan membuka jalan untuk tampilan dan editing seperti di dalam film, grafis fotorealisme dan suara berkualitas tinggi. Beberapa bahkan menggunakan PlayStasions mereka sebagai pemutar CD.

Grafis kualitas tinggi

Saat ini banyak game dari era 3D awal sudah tidak dapat dimainkan, karena grafis yang belum teruji pada masanya. Ketika kartu grafis semakin canggih, para pemain semakin dimanjakan. Apa yang terlihat bagus dulu, sekarang sudah ketinggalan zaman. Game menembak Halo dari tahun 2001 misalnya dianggap memiliki grafis terbaik pada masanya.

Beranjak dari sofa!

Perusahaan Jepang Nintendo membuat terobosan baru dengan konsol Wii pada tahun 2006. Controller akan bereaksi terhadap gerakan pemainnya, menyebabkan beberapa diantaranya berkeringat.

Bahkan, orang tua yang bermain menggunakan konsol ini dapat membuat mereka bermain bowling dan tenis lagi. Tak hanya itu, game kebugaran dan tari menjadi booming. Pabrik lain juga mulai mengembangkan kontrol gerak.

Gim browser bermunculan

Seiring dengan perkembangan internet, game di browser pun bermunculan, juga di smartphone. Dengan gampang, game-game kasual seperti itu merajai pasar game dan menghasilkan pendapatan tinggi hingga saat ini. Namun, game tersebut sering diejek karena grafis terlalu dasar dan tidak kompleks.

Bermain sambil bepergian

Mengumpulkan pokemon dan bertarung menjadi populer sejak game ini dirilis pada 1996. Namun dengan dirilisnya Pokemon Go pada tahun 2016, monster-monster kecil dan lucu itu melompat dari dunia digital ke dunia reality berkat teknologi Augmented Reality (AR). Hal ini memungkinkan para pemain untuk berkeliling di dunia nyata mencari monster-monster digital itu sambil bersaing dengan pemain lainnya.

Terlibat secara total

Teknologi Virtual Reality (VR) memungkinkan pemain untuk terlibat lebih jauh di dalam permainan. Namun sejauh ini, game tersebut belum mampu bersaing di pasar yang lebih luas, meskipun menawarkan banyak konsep permainan yang inovatif. Satu kelemahan besarnya: beberapa pemain jatuh sakit setelah bermain VR.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/apa-sebetulnya-metaverse/a-59560484

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement