REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Afrika menyumbang kurang dari 4 persen emisi gas rumah kaca. Namun, benua itu diperkirakan terdampak parah karena perubahan iklim. Laporan PBB menyebut, gletser di benua itu dapat cair pada tahun 2040-an.
Sebuah laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa (19/10) menyoroti "kerentanan tidak proporsional” Afrika dari ketidakamanan pangan, kemiskinan dan perpindahan penduduk akibat dampak dari perubahan iklim.
Peringatan PBB itu muncul menjelang Konferensi COP26 di Glasgow. PBB menyebutkan kondisi ekstrem dapat memaksa orang untuk bermigrasi keluar dari benua Afrika.
Sebelumnya, diperkirakan hingga 1,2 juta orang mengungsi karena badai dan banjir pada tahun 2020. Jumlahnya hampir 2 setengah kali dari jumlah orang yang meninggalkan rumahnya karena konflik di tahun yang sama.
Apa hasil laporannya?
"Pada tahun 2030, diperkirakan lebih dari 118 juta orang sangat miskin akan terdampak kekeringan, banjir dan panas ekstrem di Afrika, jika tidak dilakukan tindakan lebih lanjut,” kata Josefa Leonel Correia Sacko, Komisioner ekonomi pedesaan dan agrikultur Komisi Uni Afrika.
Dalam laporan yang merupakan kerja sama dengan Organisasi Meteorologi Dunia, kategori orang yang sangat miskin adalah mereka yang berpendapatan kurang dari Rp 26 ribu per harinya.
"Di kawasan Afrika Sub-Sahara, perubahan iklim dapat mengakibatkan penurunan produk domestik bruto hingga lebih dari 3 persen sampai tahun 2050,” sebut Sacko dalam bagian awal laporan tersebut.
Afrika menyumbang kurang dari 4 persen emisi gas rumah kaca, namun diprediksi akan terdampak parah karena perubahan iklim. Lahan pertaniannya sudah rentan akan kekeringan. Banyak penduduk di kota besar sepanjang garis pantai hidup dalam kemiskinan.