REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan, orang yang telah divaksinasi Covid-19 cenderung tidak menyebarkan virus, bahkan jika mereka kena kasus terobosan. Studi baru itu menambah semakin banyak bukti bahwa vaksin dapat mengurangi penularan varian delta.
Dikutip NBC News, Selasa (19/10), para ilmuwan Inggris di University of Oxford memeriksa catatan nasional dari hampir 150 ribu kontak yang ditelusuri dari sekitar 100 ribu kasus awal. Sampel tersebut termasuk orang-orang baru menerima sebagian dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, dosis lengkap, serta mereka yang tidak divaksinasi.
Dari pemeriksaan itu, para peneliti kemudian melihat bagaimana vaksin memengaruhi penyebaran virus jika seseorang memiliki infeksi terobosan, baik dengan varian alfa atau varian delta yang sangat menular. Mereka menemukan, kedua vaksin tersebut mengurangi penularan.
Meskipun demikian, vaksin itu lebih efektif melawan varian alfa dibandingkan dengan varian delta. Ketika terinfeksi dengan varian delta, kontak yang diberikan adalah 65 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dites positif jika orang yang terpapar telah divaksinasi penuh dengan dua dosis vaksin Pfizer.
Dengan AstraZeneca, kontak tertentu 36 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dites positif jika orang yang terpapar telah divaksinasi lengkap. Hanya saja, risiko penularan dari infeksi terobosan jauh lebih tinggi jika seseorang hanya menerima satu dosis vaksin Pfizer maupun AstraZeneca.
Studi ini dipublikasikan secara daring pada Kamis (29/9), dan belum ditinjau oleh rekan sejawat. Tetapi, para ilmuwan yang tidak terkait dengan penelitian tersebut mengatakan bahwa temuan tersebut dapat dipercaya.
"Ini adalah studi kualitas tertinggi yang kami miliki sejauh ini tentang masalah penularan orang yang divaksinasi yang terinfeksi delta," ujar seorang dokter penyakit menular di University of Pennsylvania, Dr. Aaron Richterman, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Ahli mikrobiologi klinis di University of Southern California, Susan Butler-Wu, menyebut penelitian ini "berperforma baik”. Terutama karena ini mencerminkan penularan di dunia nyata karena melacak penyebaran di antara kontak dekat.