1927: Bantuan Pencernaan Alami
Heinrich Otto Wieland dari Jerman menemukan komposisi asam empedu, yang diproduksi dalam hati. Asam ini membantu tubuh mencerna lemak dan menyerapnya.
1939: Hormon Seksual
Adolf Butenandt dari Jerman mendapat hadiah Nobel untuk penelitian hormon seksual manusia. Ia mengisolasi sejumlah hormon yang mengatur fungsi seksual manusia. Hormon inilah yang menentukan, apakah embrio akan berkembang menjadi jenis kelamin perempuan atau lelaki. Hitler melarang Butenandt menerima anugerah bergengsi itu.
1944: Reaksi Nuklir
Otto Hahn menemukan reaksi pembelahan inti atom. Jika kita menembakkan partikel Neutron ke inti atom berat, ini akan terpecah menjadi inti atom yang lebih ringan. Dalam reaksi dilepaskan energi luar biasa besarnya dan juga Neutron lainnya--inilah prinsip dasar reaksi berantai. Dengan itu bisa dibuat pembangkit listrik nuklir atau juga bom atom.
1958: Hormon Bagi Penderita Diabetes
Frederick Sanger dari Inggris menjelaskan struktur hormon Insulin. Penderita diabetes tidak mampu memproduksinya atau kekurangan hormon ini, harus mendapat suntikan Insulin agar dapat tetap hidup. Insulin dewasa ini dapat diproduksi secara massal dengan bantuan rekayasa genetika.
1963: Kantong Plastik
Karl Waldemar Zieglerdari Jerman dan Guilio Natta dari Italia, berbagi hadiah Nobel Kimia untuk temuannya yakni proses produksi plastik Polietilen. Contoh paling populer dari temuan ini adalah kantong plastik yang kini jadi salah satu masalah lingkungan.
1995: Lubang Ozon
Paul Crutzen, Mario Molina dan Frank Rowland meneliti komposisi kimia atmosfir, khususnya pembentukan dan penguraian lapisan Ozon. Ketiga ilmuwan membuktikan, lapisan ozon amat peka bereaksi terhadap emisi dari aktivitas manusia. Dengan itu juga dijelaskan proses terbentuknya lubang ozon.
2008: Tikus Bercahaya Hijau
Osamu Shimomura, Martin Chalfie dan Roger Tsien meneliti protein yang dapat bercahaya fluoresens. Protein ini secara alami terkandung pada sejenis ubur-ubur. Dengan rekayasa genetika, protein bercahaya ini dapat disisipkan pada tikus, dan dengan itu proses metabolismenya dapat diamati.
sumber: https://www.dw.com/id/nobel-kimia-2021-dimenangkan-dua-ilmuwan-penemu-katalis-ramah-lingkungan/a-59433433