REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Para arkeolog telah menemukan jasad wanita muda berusia 7.000 tahun yang berasal dari Siberia di Sulawesi Selatan. Jejak genetik ini telah memberikan petunjuk pencampuran antara manusia purba di Indonesia dan Siberia jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Teori tentang migrasi manusia purba di Asia diubah oleh penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada bulan Agustus lalu. Sampai saat ini, para ilmuwan mengira orang-orang Asia Utara seperti Denisovans baru tiba di Asia Tenggara sekitar 3.500 tahun yang lalu.
"Ada kemungkinan bahwa kawasan Wallacea bisa menjadi titik pertemuan dua spesies manusia, antara Denisovans dan homo sapiens awal," kata Basran Burhan, arkeolog dari Griffith University Australia, dilansir di Aljazirah, Rabu (6/10).
Burhan, salah satu ilmuwan yang ikut dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia yang mencakup Sulawesi Selatan, tempat ditemukannya jasad dengan batu di tangan dan panggulnya, ditemukan di kompleks gua Leang Pannige.
Denisovans adalah sekelompok manusia purba yang dinamai dari sebuah gua di Siberia tempat jenazah mereka pertama kali diidentifikasi pada tahun 2010. Para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang mereka. Bahkan, detail penampilan mereka tidak diketahui secara luas.
DNA dari Besse, nama jasad perempuan muda tersebut adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis. Besse adalah istilah untuk bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa daerah Bugis.
Menurut para ilmuwan, temuan ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan ini adalah keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania, dia juga memiliki jejak genetik Denisovan.
"Analisis genetik menunjukkan bahwa penjelajah pra-Neolitikum ini berbagi penyimpangan genetik dan kesamaan morfologi paling banyak dengan kelompok Papua dan Pribumi Australia saat ini,” kata mereka.
Jenazah saat ini disimpan di universitas di kota Makassar di Sulawesi Selatan. DNA Besse mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba tersebut dan mungkin juga menawarkan wawasan tentang asal usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.
"Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah,” kata Iwan Sumantri, dosen Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.
Ia menambahkan, jenazah Besse memberikan tanda pertama Denisovans di antara orang Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia.
"Sekarang coba bayangkan bagaimana mereka menyebarkan dan mendistribusikan gen mereka untuk mencapai Indonesia," kata Iwan.