REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi ilmiah menjanjikan keuntungan berlipat ganda jika pemerintah mau berinvestasi dini mencegah bencana banjir. Asia termasuk kawasan yang menyimpan risiko paling tinggi, terutama akibat perubahan iklim.
Asia menghadapi peningkatan risiko banjir di kawasan pesisir dan bantaran sungai menyusul krisis iklim yang membawa curah hujan yang lebih intensif dan kenaikan permukaan air laut. Namun sebuah penelitian membuktikan, investasi secara dini untuk memitigasi bencana banjir bisa menghasilkan keuntungan finansial yang besar.
India misalnya diprediksi akan mampu menghemat 250 dolar AS per 1 dolar yang digunakan untuk meminimalisir potensi banjir yang selalu tiba setiap 11 tahun sekali, menjadi 25 tahun sekali pada 2050, kata Betsy Otto, Direktur Program Air Global di World Resources Institute.
Serupa dengan Bangladesh yang mampu menghemat biaya kerugian material sebesar 125 dolar AS untuk setiap 1 dolar AS yang dihabiskan untuk tanggul pengendali banjir atau meminimalisir risiko banjir dari yang tiga tahun sekali menjadi sepuluh tahun sekali pada pertengahan abad.
Jika semua negara di dunia mengadopsi kebijakan serupa, maka biaya kerugian bencana banjir global yang mencapai 46 miliar dolar AS tahun lalu, akan berkurang drastis, menurut prediksi organisasi bantuan Christian Aid.
“Keuntungannya besar, dan prosesnya menciptakan lapangan kerja dan ikut menyumbang pada ekonomi lokal,” kata Betsy Otto yang mengepalai pengembangan Aquaduct, sebuah piranti pemetaan dan manajemen risiko banjir.