REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok ilmuwan berhasil mengobati depresi berat dengan menggunakan sebuah alat yang ditanamkan pada otak pasien. Alat tersebut mirip seperti alat pacu jantung atau pacemaker namun diperuntukkan bagi otak.
Alat ini ditanamkan pada otak seorang pasien bernama Sarah melalui operasi sekitar 15 bulan lalu. Pada beberapa bulan awal sejak implantasi alat, Sarah merasa depresi yang dialaminya menurun dengan sangat tajam. Hal ini membuat Sarah merasa tidak yakin bila efek dari alat tersebut bisa bertahan lama.
"Akan tetapi (efeknya) bertahan. Dan saya jadi menyadari bahwa alat ini benar-benar memperbesar (efek) terapi dan perawatan diri yang saya pelajari selama menjadi pasien di sini, di UCSF," ujar Sarah, seperti dilansir Sky News.
Salah satu ilmuwan, Katherine Scangos, mengatakan dahulu terapi personalisasi semacam ini belum pernah bisa dilakukan di bidang psikiatri. Akan tetapi, keberhasilan dalam studi proof of concept ini menunjukkan bahwa aktivitas otak dapat digunakan untuk mengirimkan terapi personalisasi untuk gangguan neuropsikiatri.
"Kami mampu memberikan terapi yang telah disesuaikan ini kepada pasien dengan depresi, dan (terapi) itu meringankan gejala-gejalanya," ungkap Scangos.
Tim ilmuwan mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terapi serupa bisa diterapkan pada populasi yang lebih luas. Studi terbaru ini telah dipublikasikan pada 4 Oktober 2021 melalui jurnal Nature Medicine.
"(Studi ini) merupakan keberhasilan penting dalam upaya selama bertahun-tahun untuk memajukan ilmu neurosains dalam hal pengobatan gangguan psikiatri," jelas pernyataan resmi dari UCSF.