REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri kesehatan di Indonesia terus perlu berevolusi dengan bantuan teknologi demi membawa kemajuan-kemajuan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya tersebut terwujud pada tahun 2017 oleh Citraraya Nusatama (CRN), berupa solusi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) dengan jenama D’Health yang dipasarkan kepada rumah sakit di Indonesia.
Aplikasi tersebut terus dikembangkan mengikuti standarisasi terbaru dan masukan-masukan dari para profesional medis. Contoh pelayanan kesehatan yang lebih humanis adalah ketika dokter dan perawat bisa benar-benar memberikan perhatian sepenuhnyanya kepada pasien dan tidak lagi disibukan dengan kegiatan administratif, karena sudah dibantu dengan SIMRS yang optimal.
Di kuartal ketiga 2021, CRN meraih kepercayaan dari Sabar Kerja Keras (SKK) berupa investasi dengan nominal yang cukup signifikan. Suntikan dana segar ini membuka kesempatan bagi CRN untuk melakukan percepatan di berbagai sisi mulai dari pemasaran dan riset produk yang dibutuhkan untuk mengejar pangsa pasar baru di industri kesehatan.
Riset dan pengembangan CRN sedang diupayakan ke arah investasi infrastruktur yang mendukung setiap kegiatan pengembangan aplikasi kesehatan dan peningkatan kapasitas para tenaga ahli.
“Tim CRN perlu merealisasikan D’Health menjadi solusi SIMRS yang terbaik, yang bukan hanya bisa membantu manajemen rumah sakit agar mengurangi penggunaan dokumen kertas-less paper, tetapi harus bisa sampai mengeliminasi penggunaan dokumen kertas-paperless. Selain itu, D’Health juga perlu dirancang dengan fitur antarmuka yang terbaik agar bisa lebih mudah digunakan para tenaga medis di rumah sakit,” kata Nico Amon selaku CEO dan Co-Founder CRN, Sabtu (2/10).
Ia menjelaskan, kolaborasi CRN dengan SKK juga membawa penyegaran di tim manajemen. Dewan direksi yang semula terdiri dari Nico Amon sebagai CEO, Juned Syafruddin sebagai Chief Product Officer (CPO), Dori Artsyanto sebagai Chief Operating Officer (COO), dan Dian Jauhari sebagai VP of Research & Development kini bertambah kuat dengan kehadiran para eksekutif baru. Dari SKK, Alwin Jabarti Kiemas dan Randy Bimantoro berperan sebagai Komisaris, sementara Yogi Liman bergabung sebagai Chief Technology Officer (CTO), dan Rionald Soerjanto sebagai Chief Business Officer (CBO).
Sebagai CBO, Rionald Soerjanto menyatakan SIMRS D'Health akan banyak membantu rumah sakit dalam meningkatkan produktivitas dengan tetap mengefisiensi biaya, tanpa harus mengorbankan pelayanan pasien.
"Besar harapan kami dari CRN agar SIMRS D'Health mampu membantu transformasi sekian banyak rumah sakit, terutama ketika semua bisnis diharuskan berkompetisi secara digital," ujarnya.
Saat ini CRN sudah berhasil mengembangkan tiga solusi teknologi kesehatan selain SIMRS D’Health, yaitu Telemedicine e-Poly dan Laboratory Information System D’Health yang digunakan di hampir 20 rumah sakit di Indonesia. Sebagai pemain baru di kancah teknologi informasi kesehatan Indonesia, CRN mendapatkan kepercayaan dari rumah sakit besar di industri kesehatan. Seperti, Mayapada Healthcare Group, RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, RS Umum Adhyaksa, dan beberapa rumah sakit lainnya di Indonesia.
"CRN pun telah menjalin kemitraan strategis dengan PERSI (Perhimpunan RS Indonesia) dan ARSSI (Asosiasi RS Swasta Indonesia) demi kemajuan industri kesehatan Indonesia," kata dia.
Menurut dia, Pasar teknologi informasi kesehatan Indonesia masih terbuka luas. Sasaran selanjutnya bagi CRN adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti klinik dan puskesmas. Strategi pemasaran yang direncanakan ke depannya adalah digitalisasi layanan klinik dengan implementasi sistem informasi manajemen klinik (Clinic Information System).
"Berbekal pengalaman dengan SIMRS, CRN memiliki kepercayaan diri untuk bersaing di ceruk pasar sistem informasi manajemen klinik (SIM-Klinik) yang lebih luas dengan kebutuhan pengembangan produknya relatif sederhana. CRN berencana mengembangkan skema aplikasi Software as a Service (SaaS) untuk SIM-Klinik. Pengelola klinik dapat berhemat dalam investasi implementasi dan perawatan infrastruktur, dan mendapatkan informasi aktual dan akurat mengenai kinerja dan produktivitas klinik dengan sistem berbasis Cloud," papar dia.
CRN juga melihat tren makin terbukanya wawasan masyarakat semenjak pandemi Covid-19 dengan pelayanan kesehatan jarak jauh (Telemedicine) serta pemantauan kesehatan perorangan menggunakan “sensor pintar”, yang dikenal dengan teknologi Internet-of-Things (IoT). Integrasi fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi IoT membuka peluang evolusi dalam industri kesehatan yang makin memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan di mana saja, setiap saat bila dibutuhkan.
CRN, kata dia, memiliki mimpi untuk mendorong terbentuknya ekosistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi dari kesehatan konsumen perorangan, baik di tingkat primer dan lanjutan, persediaan peralatan kesehatan, pendidikan, jasa keuangan, hingga pengelolaan kesehatan masyarakat luas.
"Dengan informasi yang akurat dan menyeluruh, pengambilan keputusan klinis oleh tenaga kesehatan hingga keputusan strategis di pihak pembuat kebijakan diharapkan bisa memberikan solusi terhadap permasalahan kesehatan yang selalu dinamis. Semua pihak dapat merasakan pelayanan kesehatan yang tidak saja mudah, namun dengan bantuan teknologi justru menjadi lebih humanis," kata dia.