Jumat 01 Oct 2021 16:16 WIB

Jalan Buntu Energi Hidroelektrik

Namun banjir dan kekeringan esktrem memangkas kapasitas bendungan hidroelektrik.

Bendungan (ilustrasi)
Foto:

Kekeringan dan pemborosan air

Di Kalfornia, AS, otoritas lokal Agustus lalu menghentikan operasi bendungan berkapastas 750 MW di Danau Oroville. Penyebabnya adalah ketinggian air yang mencapai level terendah sejak pertamakali dibangun pada 1967. Dalam kapasitas normal, bendungan ini memasok listrik untuk setengah juta rumah tangga.

Nasib serupa mengancam bendungan lain di Danau Shasta. Produksi listrik di bendungan air terbesar di Kalifornia itu turun sebanyak 30 persen, kata Cary Fox, Direktur Biro Reklamasi di Kalifornia. Bendungan di sana biasanya berkapasitas 710 MW, kini hanya berkisar di 500 MW.

Buntutnya Gubernur Kalifornia, Gavin Newsom, memerintahkan konsumen mulai menggunakan generator diesel buat memproduksi listrik. Hal ini dikecam pegiat lingkungan yang mengkhawatirkan polusi udara jelang musim dingin.

Departemen Energi mengaku saat ini sedang mengkaji metode baru untuk menyimpan air dengan lebih efektif di bendungan, terutama untuk menghadapi musim kering.

Situasi serupa bisa diamati di Brasil, di mana kapasitas produksi hidroelektrik dipangkas menjadi hanya tinggal 60 persen, menyusul kekeringan cukup parah. Saat ini ketinggian air di berbagai bendungan mencapai level terendah dalam 91 tahun terakhir, kata Kementerian Pertambangan dan Energi.

Atas dasar itu, pemerintah di Brasilia membidik gas alam sebagai sumber energi pengganti. Peningkatan kapasitas produksi dirasa perlu, terutama setelah otoritas energi menaikkan harga listrik sebanyak 52 persen pada Juli silam akibat kekeringan.

"Orang selalu berpikir air tidak akan habis. Tapi realitanya kan tidak,” kata Jose Marengo, seorang ilmuwan iklim di pusat pemantauan bencana milik pemerintah.

Hingga 2030, Brasil masih akan memproduksi 49 persen kapasitas energinya dari energi hdiroelektrik.

Bendungan panaskan sengketa air

Bencana kekeringan memangkas kapasitas listrik di Provinsi Yunnan, Cina, tahun lalu, dan menyudutkan Beijing yang menetapkan kuota batu bara demi neraca iklim yang lebih baik. Produksi di bendungan-bendungan hidroelektrik menurun sebanyak 30 persen, dan belum sepenuhnya pulih hingga kini.

Yunnan bertanggungjawab atas seperempat volume produksi hidroelektrik China. Provinsi itu menjadi lokasi utama industri peleburan alumunium yang mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Sejak awal tahun, pemerintah provinsi membatasi jatah listrik. Akibatnya sejumlah pabrik terpaksa tutup.

Sebuah studi yang dirilis baru-baru ini oleh Universitas Nanjing, memastikan adanya dampak perubahan iklim dan kenaikan temperatur udara terhadap produksi energi air di Yunnan. Model yang mereka kembangkan menunjukkan pengurangan drastis curah hujan dan salju selama musim kering, dan peningkatan di musim hujan.

Untuk mengatasi perbedaan volume air yang lebar, mereka mengusulkan agar pemerintah membangun lebih banyak kolam penampungan air dan bendungan.

Namun pengalihan air untuk disimpan bisa memicu kekeringan di tempat lain. Menurut ilmuwan, bendungan penyimpanan air milik Cina di hulu Sungai Mekong, Yunnan, bertanggungjawab atas penyusutan volume air di hilir. Akibatnya kelangkaan air mulai rajin dilaporkan di negara-negara di hilir Mekon, yakni Thailand, Kamboja dan Myanmar.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/jalan-buntu-energi-hidroelektrik/a-59362674

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement