REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Bank Dunia menyebut jumlah pelanggan fixed broadband di Indonesia sebanyak 9,7 juta yakni baru sebesar empat persen dari populasi atau 16 persen rumah tangga.
Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam terhadap tingkat penetrasi fixed broadband maupun mobile broadband berkecepatan tinggi (4G/LTE).
Menurut pelaku layanan digital, PT Solusi Sinergi Digital Tbk melalui anak usahanya PT Integrasi Jaringan Ekosistem menilai keamanan jaringan menjadi fokus utama membangun jaringan serat optik.
CEO Solusi Sinergi Digital, Hermansjah Haryono, mengatakan pengembangan jaringan serat optik ini didesain untuk menghasilkan jaringan infrastruktur yang lancar, berkapasitas bandwidth besar, serta kestabilan konektivitas dengan rendah.
“Selain itu, infrastruktur jaringan ini dapat menjangkau seluruh daerah, sehingga mereka latency yang dapat menikmati layanan konektivitas yang dapat diandalkan tanpa harus khawatir akan gangguan-gangguan buffering, lagging, dan lainnya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (28/9).
Menurutnya saat ini perusahaan yang sedang menyelesaikan jaringan serat optik sepanjang jalur kereta di seluruh pulau Jawa. Adapun metode ini diklaim lebih superior daripada membangun serat optik sepanjang jalan raya.
Sementara itu COO Integrasi Jaringan Ekosistem Massigit, Dian Santoso, menambahkan penggelaran jaringan serat optik sepanjang jalur kereta di pulau Jawa ini terbagi dalam enam ring.
Dia mengatakan, tujuan digunakannya sistem ring (loop system) untuk memberikan jaminan kehandalan dalam jaringan yang dibangun. Apabila terjadi suatu risiko pada salah satu ring, maka akan dilayani ring lainnya, sehingga menjadi kesatuan ekosistem ring yang saling menutupi.
“Proteksi terhadap gangguan konektivitas telekomunikasi juga dibuat secara multiple protection dengan teknologi sistem Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) dan Automatically Switched Optical Network (ASON),” ucapnya.