REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti mengatakan diet kaya lemak susu mungkin terkait dengan rendahnya risiko penyakit jantung. Dalam sebuah studi kohort Swedia yang diterbitkan dalam jurnal Plos Medicine, para ahli internasional menentang pandangan bahwa pilihan susu penuh lemak harus dihindari karena lemak jenuh.
Dengan melihat asupan lemak susu pada 4.150 orang dewasa Swedia selama periode 16,6 tahun, kelompok tersebut mengukur konsentrasi darah dari tingkat asam lemak tertentu. Mereka mencatat 578 insiden penyakit kardiovaskular dan 676 kematian.
Risiko penyakit kardiovaskular tampak lebih rendah di antara mereka yang memiliki asupan lemak susu lebih tinggi dibandingkan dengan asupan rendah. Asupan susu yang lebih banyak tidak terkait dengan peningkatan risiko kematian.
Asupan susu di Swedia termasuk yang tertinggi di dunia. Dr. Matti Marklund, peneliti dari George Institute for Global Health (Australia), Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (Amerika Serikat), dan Uppsala University (Swedia), mengatakan banyak penelitian mengandalkan orang untuk dapat mengingat dan mencatat jumlah dan jenis makanan susu yang mereka makan. Hal itu sangat sulit mengingat susu biasa digunakan dalam berbagai makanan.
"Sebagai gantinya, kami mengukur kadar asam lemak tertentu dalam darah alias bahan penyusun lemak yang ditemukan dalam makanan olahan susu, yang memberikan ukuran asupan lemak susu yang lebih objektif yang tidak bergantung pada memori atau kualitas database makanan," paparnya, seperti dilansir laman Fox News, Senin (27/9).
Kemudian, dalam meta-analisis, para peneliti menggabungkan hasil penelitian Swedia dengan 17 penelitian serupa di negara lain, yang melibatkan hampir 43 ribu peserta di AS, Inggris dan Denmark. Analisis yang lebih luas juga menghubungkan konsumsi lemak susu yang lebih tinggi dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.