Jumat 17 Sep 2021 12:04 WIB

Anak-Anak di Selandia Baru Temukan Fosil Penguin Raksasa

Penguin raksasa telah punah antara 27 juta hingga 35 juta tahun lalu.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Penguin. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Penguin. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguin raksasa yang telah punah antara 27 juta hingga 35 juta tahun ternyata pernah menginjakkan kaki di Selandia Baru. Hal ini diketahui setelah penemuan fosilnya oleh anak-anak di sana.

Burung penyelam yang sangat besar itu tingginya sekitar 1,4 meter dan memiliki kaki dan paruh yang sangat panjang untuk seekor penguin. Menurut para ilmuwan, ini merupakan  spesies yang baru ditemukan. Fosil ditemukan pada tahun 2006 oleh siswa pemburu fosil dengan nama Hamilton Junior Naturalist Club (JUNATS), sebuah klub sejarah alam di Hamilton, Selandia Baru. Klub beranggotakan anak-anak usia 10 hingga 18 tahun. 

 

Sekelompok anggota klub, yang dipimpin oleh ahli fosil JUNATS, Chris Templer, menemukan tulang belulang raksasa yang telah punah di semenanjung kecil di Pelabuhan Kawhia selama kunjungan lapangan. Fosil itu adalah kerangka penguin raksasa terlengkap yang pernah ditemukan.

 

Panjang kaki belakangnya menginspirasi para peneliti untuk menamakannya Kairuku waewaeroa: "waewae" berarti "kaki" dan "roa" berarti "panjang" dalam bahasa Māori, tulis para ilmuwan di sebuah studi baru tentang burung raksasa. Saat ini, spesies penguin terbesar yang masih hidup adalah penguin kaisar (Aptenodytes forsteri), yang tingginya dapat mencapai 1,2 m dan berat hingga 45 kilogram. 

 

Namun, penguin raksasa yang bahkan lebih besar cenderung umum muncul selama periode Paleogen (sekitar 66 juta hingga 23 juta tahun yang lalu) di seluruh Zealandia — daratan yang mencakup Selandia Baru, dan yang sekarang sebagian besar berada di bawah air. Penguin raksasa yang hidup jutaan tahun yang lalu lebih kurus dari penguin kaisar yang gemuk.

 

Ketika para naturalis muda JUNATS memata-matai fosil itu, fosil itu mencuat dari balok batu pasir yang telah ditemukan oleh air pasang. Mereka awalnya mengira itu sebagai baling-baling berkarat. Tetapi Templer dan pemimpin kelompok lainnya, Tony Lorimer, dengan cepat menyadari mereka telah menemukan sesuatu yang luar biasa. 

 

"Saya pergi 'Ya Tuhan' dan hampir jatuh di atas karang," kata Templer kepada Agence France Presse pada tahun 2006 dilansir dari Live Science pada Jumat (17/9).

 

Pada saat itu, Templer juga mengatakan kepada Museum Waikato sedang mencari bulu babi. Tapi yang mereka temukan adalah seekor penguin.

 

"Ini bonus yang luar biasa!" sebut Templer.

 

Templer mengabadikan temuan itu di Museum Pondok Te Kauri JUNATS hingga 2017, ketika klub menyumbangkan kerangka itu ke Museum Waikato. Temuan ini dipublikasikan 16 September di Journal of Vertebrate Paleontology. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement