Penyebab terjadinya hal tersebut masih belum diketahui. Namun, salah satu peneliti, Philippe Bégin, mengatakan bahwa itu bisa saja terjadi karena antibodi yang tidak berfungsi dapat bersaing dengan antibodi pasien sendiri dan mengganggu respons imun.
"Fenomena ini telah diamati sebelumnya pada model hewan dan penelitian vaksin HIV pada manusia," jelas Bégin.

Sebuah panel yang diadakan oleh National Institutes of Health (NIH) menemukan tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa pengobatan plasma aman dan efektif. Ini termasuk juga tidak membuat perbedaan dalam kelangsungan hidup untuk pasien.
Dalam sebuah pernyataan, NIH mengatakan tidak ada data dari uji klinis acak yang terkontrol dengan baik dan cukup kuat yang menunjukkan kemanjuran dan keamanan plasma konvalesen untuk pengobatan Covid-19.